Proyek Penulisan dan Penerbitan Puisi Anak

Yuk nulis puisi untuk anak-anak kita.

Proyek Penulisan dan Penerbitan Cerpen

Terbitkan cerpen Anda jadi buku ber-ISBN

Proyek Penerbitan Cerpen Anak

Anak-anak pun perlu bacaan yang baik. Yuk nulis dan nerbitkan cerita pendek untuk anak.

Karyatunggalkan Puisimu!

Yuk terbitkan puisinya dalam buku karya tunggal

Terbitkan 5 Puisi

Punya 5 puisi? Yuk terbitin bareng-bareng jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 500 Puisi Akrostik

Terbitkan puisi akrostikmu jadi buku 500 AKROSTIK ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman Inspiratif Pendek Guru

Tuliskan pengalaman inspiratif Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman LUCU Guru

Tuliskan pengalaman LUCU Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan best practices Anda jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan artikel pendidikan Anda jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 5000 Pantun Pendidikan

Terbitkan pantun pendidikan dalam 5000 PANTUN PENDIDIKAN

Jumat, 11 Desember 2015

Pemakaian Huruf Miring

1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Misalnya:
majalah Bahasa dan Sastra,
buku Negarakertagama karangan Prapanca,
surat kabar Suara Rakyat.

2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia buka menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia’

Tetapi:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.


Baca juga:
Huruf Kapital atau Huruf Besar
Pemakaian Tanda Koma (,)
Di mana, yang mana
... di ... sebagai Awalan atau Kata Depan (Preposisi)

Senin, 16 November 2015

Huruf Kapital atau Huruf Besar


Pemakaian Huruf Kapital atau Huruf Besar
pemakaian huruf besar dalam bahasa Indonesia

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?

Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu belum selesai.



2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”
Kemarin engkau terlambat,” katanya.
Besok pagi,” kata ibu, “dia akan berangkat”.



3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan

Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen.
Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.



4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.

Misalnya:
Sultan Hasanuddin
Mahaputra Yamin
Haji Agus Salim
Imam Hambali
Nabi Ibrahim
Raden Ajeng Kartini
Doktor Mohammad Hatta
Agung Permana, Sarjana Hukum
Irwansyah, Magister Humaniora


Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.

Misalnya:
Selamat datang, Yang Mulia.
Semoga berbahagia, Sultan.
Terima kasih, Kiai.
Selamat pagi, Dokter.

Silakan duduk, Prof.
Mohon izin, Jenderal.



5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
Proklamator Republik Indonesia
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Gubernur Papua Barat.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.



6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang, termasuk julukan.

Misalnya:

Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah.
Jenderal Kancil
Dewa Pedang
Alessandro Volta
André-Marie Ampère
Mujair
Rudolf Diesel


Catatan:
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya:
mesin diesel, 10 volt, 5 ampere, ikan mujair

(2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna ‘anak dari’, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas.

Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Siti Fatimah binti Salim
Indani boru Sitanggang
Charles Adriaan van Ophuijsen
Ayam Jantan dari Timur
Mutiara dari Selatan



7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Misalnya:
bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.

Misalnya:
Mengindonesiakan kata asing
Keinggris-inggrisan


8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Misalnya:
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat, hari Galungan, hari Lebaran, hari Natal, 
Perang Candu, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Konferensi Asia Afrika, Perang Dunia II

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.

Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia.


9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.

Misalnya:
Asia Tenggara, Pulau Miangas, Jawa Barat, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi Dieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Gang Kelinci, Jazirah Arab, Kali Brantas, Sungai Musi, Lembah Baliem, Ngarai Sianok, Pegunungan Jayawijaya, Selat Lombok, Tanjung Harapan, Teluk Benggala, Terusan Suez, Kecamatan Cicadas, Kelurahan Rawamangun.

Catatan
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.

Misalnya:
berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberabangi selat, pergi ke arah tenggara

(2) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.

Misalnya:
garam inggris, gula jawa, kacang bogor (Voandzeia subterranea), pisang ambon, jeruk bali (Citrus maxima), nangka belanda (Anona muricata), petai cina (Leucaena glauca)

Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.

Misalnya:
Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu, gula aren, dan gula anggur.
Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda.


Contoh berikut bukan nama jenis.
Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Solo, batik Yogyakarta, dan batik Madura.
Selain film Hongkong, juga akan diputar film India, film Korea, dan film Jepang.
Murid-murid sekolah dasar itu menampilkan tarian Sumatra Selatan, tarian Kalimantan Timur, dan tarian Sulawesi Selatan.


10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata seperti dan.

Misalnya:
Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak; Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

Misalnya:
Menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerja sama antara pemerintah dan rakyat, menurut undang-undang yang berlaku.


11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna)  yang terdapat pada nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen resmi kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk.

Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar Repulik Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Lainnya



12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah
dan surat kabar, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.


Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.


13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.

Misalnya:
Dr.doktor
M.A. master of arts
S.E. sarjana ekonomi
S.H. sarjana hukum
S.S. sarjana sastra
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
M.Hum. magister humaniora
M.Si. magister sains
Prof. profesor
Tn. Tuan
Ny. Nyonya
Sdr. saudara
K.H. kiai haji
Hj. hajah
Mgr. monseigneur
Pdt. pendeta
Dg. daeng
Dt. datuk
R.A. raden ayu
St. sutan
Tb. tubagus


14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.

Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
Surat Saudara sudah saya terima.
“Silakan duduk, Dik!” kata Ucok.
Besok Paman akan datang.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
“Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?”
“Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak.”



Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.

Misalnya:

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. 



15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.

Baca juga:
Huruf Kapital atau Huruf Besar
Penggunaan Huruf Kapital untuk Nama Geografi
Huruf Kapital untuk Nama Gelar dan Jabatan
Penulisan judul: huruf kecil dan besar
Pemakaian Huruf Kapital untuk Nama Jenis dan Bedanya dengan Nama Geografi
Pemakaian Huruf Kapital untuk Nama Diri
Huruf Kapital dan Kata yang Menyatakan Hubungan Kekerabatan

Kamis, 15 Januari 2015

"orangtua" atau "orang tua"; "keluar" atau "ke luar"

Ketika dituturkan tak jelas benar bedanya kecuali dalam kontek kalimat, namun ketika ditulis akan jelas sekali perbedaannya meskipun tidak dalam susunan kalimat.

Pengertian orangtua (satu suku kata) memang tidak sama dengan orang tua (dua suku kata). Kata lain sering membingungkan penulis yang malas berpikir lebih cermat, adalah penggunaan kata keluar dan ke luar, sama penuturannya tetapi tak sama penulisannya karena memang tak sama maknanya.Orang Tua atau Orangtua ?

Cermat-cermatlah menulis. Bahasa tulisan memang tak sama dengan bahasa lisan. Dalam tulisan orang tidak melihat gerak tubuh si penutur, atau ekspresi muka, atau intonasi, atau suasana. Dalam bahasa lisan, kalimat tak sempurna pun masih dapat ditangkap maksudnya, tetapi tidak demikian halnya dalam bahasa tulisan.

Untuk membantu pemahaman maksud si penulis, maka dalam bahasa tulisan dibantu dengan tanda baca; simbol yang amat sering diabaikan. Lebih dari itu, harus ditulis dengan benar agar makna yang dimaksud dipahami dengan benar pula.

Simaklah kalimat-kalimat berikut:

1. Orangtua itu mengantar anak ke sekolah.
2. Para orangtua siswa diundang ke sekolah.

Yang dimaksud dengan orangtua dalam dua kalimat di atas adalah ayah-ibu si anak/siswa.

3. Orang tua itu mengantar Unyil ke sekolah.

Makna orang tua dalam kalimat ini adalah orang lanjut usia, belum tentu ayah-ibu si Unyil.

4. Para orang tua diundang ke sekolah.

Wah, siapa yang dimaksud? Mungkin ayah-ibu siswa, yang jelas sudah tergolong lanjut usia, sedang yang lain bisa jadi kakek atau nenek atau tak ada hubungan apa-apa dengan siswa, yang pokok adalah manula. Bila kalimatnya adalah “Para orang tua siswa diundang ke sekolah”, maka maksud kalimat itu menjadi rancu.

Barangkali kalimat no.5 dapat memperjelas perbedaan maknaorangtua dengan orang tua.

5. Dua orang yang berdiri di dekat jendela itu adalah orangtua saya (maksudnya ayah-ibu), sedang dua orang tua (lansia) di sebelahnya adalah kakek si Unyil.

Kata orangtua, berkaitan dengan status bukan dengan usia orang yang bersangkutan, sedangkan kata orang tua, barkaitan dengan usia; orang yang sudah lanjut usianya. Orangtua siswa sangat mungkin usianya masih muda, belum layak disebut “orang tua”(lansia). Orang tua pada umumnya adalah orangtua, tetapi tidak setiap orangtua adalah orang tua.

Ada kata lain yang harus ditulis secara cermat, yakni : keluar dan/atau ke luar.

Keluar adalah lawan kata masuk, misalnya:

6. Si Polan keluar dari tempatnya bekerja di PT.Anu karena mendapat pekerjaan lebih baik di Surabaya.

sedangkan ke luar adalah lawan kata ke dalam, misalnya:

7. Si Polan pergi ke luar ruangan untuk menghirup udara segar!



Disalin dari postingan Suwardjoko P Warpani Pemerhati Bahasa Indonesia

Catatan penting:
Tetapi KBBI tidak membedakan orangtua dan orang tua dan tidak ditemukan laman orangtua. Jadi secara baku mestinya orang tua yang digunakan untuk kedua pengertian.

Baca juga:
Pemakaian Tanda Koma (,)
Di mana, yang mana
... di ... sebagai Awalan atau Kata Depan (Preposisi)
Spasi di dekat Tanda Baca: Tanda Petik, Tanda Kurung, dll

Di mana, yang mana

Di mana, yang mana

yang mana, di mana tidak dikenal di bahasa Indonesia


Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, "kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada."

Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat, bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk "di mana" (padanan dalam bahasa Inggris adalah "who", "whom", "which", atau "where") atau variasinya ("dalam mana", "dengan mana", "yang mana", dan sebagainya).

Penggunaan "di mana", "yang mana", dll. sebagai kata penghubung sangat sering terjadi pada penerjemahan naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa Indonesia. Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata "yang" sebagai kata penghubung untuk kepentingan itu, dan penggunaannya pun terbatas. Dengan demikian, penggunaan bentuk "di mana" maupun "yang mana" harus dihindari, termasuk dalam penulisan keterangan rumus matematika. Kaidah tata bahasa Indonesia memiliki kosakata yang cukup untuk menterjemahkan "who", "where", "which", "whom" tanpa menggunakan kata "di mana". Contoh-contoh:

di manatempat
Salah: Kami ke restoran di mana teman merayakan pesta ulang tahunnya.
(seharusnya) Kami ke restoran tempat teman merayakan pesta ulang tahunnya.

di manadengan
Salah: Acara berikutnya adalah “Kuis Remaja” di mana Kris Aria sebagai presenternya.
(seharusnya) Acara berikutnya adalah “ Kuis Remaja”dengan Kris Aria sebagai presenternya.

di manayang
Salah:Pemerintah memberi bantuan kepada korban di mana mereka tertimpa bencana alam.
(seharusnya) Pemerintah memberi bantuan kepada korban yang tertimpa bencana alam.

di mana → (subklausa)
Salah: Perusahaan itu mengadakan pelatihan di mana karyawan dibina untuk menjadi tenaga terampil.
(seharusnya) Perusahaan itu mengadakan pelatihan; dalam pelatihan itu karyawan dibina untuk menjadi tenaga terampil.

yang mana → yang
Salah: Penanggung jawab surat kabar itu akan dituntut untuk berita yang mana dianggap melecehkan artis itu.
(seharusnya) Penanggung jawab surat kabar itu akan dituntut untuk berita yang dianggap melecehkan artis itu.

yang manasehingga/dan
Salah: Koperasi itu harus berjalan dengan baik yang mana kebutuhan setiap anggota dapat dipenuhi dari sini.
(seharusnya) Koperasi itu harus berjalan dengan baik sehingga kebutuhan setiap anggota dapat dipenuhi dari sini.

Salah: Wisatawan mancanegara meningkat terus yang mana negara tujuan wisata pun bertambah.
(seharusnya) Wisatawan mancanegara meningkat terus dan negara tujuan wisata pun makin bertambah.

Kekisruhan ini mungkin disebabkan pengaruh oleh Ejaan Soewandi (1947) yang mengharuskan penulisan diserangkai dengan kata yang mengikutinya, baik sebagai kata depan maupun sebagai awalan.

Penggunaan "di mana" (selalu ditulis terpisah) yang tepat hanyalah sebagai kata tanya dalam kalimat tanya, sebagai kata penghubung yang menyatakan tempat, dan dalam bentuk "di mana-mana". Contoh

Di mana ia menginap?
Kami akan berunding di mana ia akan menginap.
Di mana ia menginap, di situ keluarganya menginap.
Ia dapat menginap di mana-mana.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Preposisi

Baca juga:
... di ... sebagai Awalan atau Kata Depan (Preposi...
Spasi di dekat Tanda Baca: Tanda Petik, Tanda Kurung, Koma, Tanda Tanya
Penulisan judul: huruf kecil dan besar
Izin atau Ijin - Daftar Kata yang Harus Dicermati
Bentuk terikat
Kata majemuk
Penulisan Artikel "pun"

... di ... sebagai Awalan atau Kata Depan (Preposisi)





Awalan di- di dalam bahasa Indonesia berfungsi sebagai pembentuk kata kerja (verba) pasif dan berkaitan dengan bentuk aktifnya yang dibentuk dengan awalan me-, misalnya "dipukul" dan "memukul". Awalan di- tidak pernah mengalami perubahan bentuk.

Kesalahan yang sering terjadi adalah kekeliruan penulisan di- sebagai awalan yang harus ditulis serangkai dan penulisan di sebagai kata depan (preposisi) penunjuk tempat yang harus ditulis terpisah. Contohnya "dijual" bukan "di jual" dan "di mana" bukan "dimana". Cara mudah untuk memisahkan fungsi keduanya adalah dengan melihat jenis kata yang terbentuk: Jika menjadi kata kerja pasif, itu berarti harus ditulis serangkai dan jika menjadi penunjuk tempat atau lokasi, itu berarti harus ditulis terpisah.

Sebagai kata depan kata "di" harus ditulis terpisah:
di antara
di akhir
di atas
di awal
di bagian
di bawah
di belakang
di dalam
di dekat
di depan
di hadapan
di jalan
di kanan
di kiri
di luar
di mana
di muka
di pusat
di rumah
di samping
di saat
di sana
di sebelah
di seberang
di sekeliling
di sekitar
di seluruh
di sini
di sisi
di situ
di tanah
di tempat
di tengah
di tengah-tengah
di tepi
di tiap
di tiap-tiap
Beberapa kata yang memiliki arti beda jika ditulis terpisah. Kata-kata ini khusus untuk kata dasar yang dapat berfungsi sebagai kata benda (penunjuk tempat) sekaligus kata kerja. Beberapa contohnya
  • Dibalik = bentuk pasif dari membalik
  • Di balik = di bagian sebaliknya
  • Dipenjara = bentuk pasif dari memenjarakan (dikarantina, dibui, disel, dll.)
  • Di penjara = di (dalam) penjara (di karantina, di bui, di sel, dll.)
  • Disalib = bentuk pasif dari menyalib
  • Di salib = di (atas) salib
  • Digambar = bentuk pasif dari menggambar (disketsa, dipigura, difoto, dll.)
  • Di gambar = pada gambar (di sketsa, di pigura, di foto, dll.)
  • dan lain-lain,
Beberapa kata dapat diberi konfiks "di-kan", misalnya "diseberangkan", atau konfiks "di-i", misalnya "diawali"

Sebagai awalan, harus menyatu dengan kata kerjanya:
diakui, dikenai, dipukuli, ditampar, diberi, dicuri, dikerjakan, dll


Spasi di dekat Tanda Baca: Tanda Petik, Tanda Kurung, Koma, Titik, Tanda Tanya, Tanda Seru





tidak perlu spasi sesudah awal petik
1. Jangan gunakan spasi sesudah awal petik (") dan sebelum akhir petik ("). 
Salah: " Saya yang melakukannya. "
 ==> seharusnya "Saya yang melakukannya."
2. Jangan gunakan spasi sesudah kurng awal dan sebelum kurung akhir. 
Salah: body language ( bahasa tubuh ) 
==> seharusnya: body language (bahasa tubuh).
3. Jangan gunakan spasi sebelum titik (.), koma (,), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda titik koma (;), tanda titik dua (:). 
Salah: Pergi ! ==> harusnya: Pergi!
Salah: Mengapa ? ==> harusnya: Mengapa?
Salah: Aku tiba dua jam yang lalu . ==> Harusnya: Aku tiba dua jam yang lalu.

Bapak Ibu Guru Dosen yang belum gabung, silakan gabung di: 
Komunitas Guru Menulis (https://www.facebook.com/groups/gurumenulis/). Ditunggu kiriman naskahnya di lomba.nulis.guru@gmail.com. Info selengkapnya, silakan cek ACARA. Bagikan pengalaman Anda sebagai guru dan biarkan hal itu menginspirasi guru lainnya, demi Indonesia yang lebih membanggakan.
Ada 2 kontes:
1. Nulis Pengalaman Guru (kisah nyata) tema: Manajemen Kelas. Info selengkapnya di: https://www.facebook.com/events/338586389662440/?ref=4


Baca juga:
Penulisan judul: huruf kecil dan besar
Izin atau Ijin - Daftar Kata yang Harus Dicermati
Bentuk terikat
Kata majemuk
Penulisan Artikel "pun"