Proyek Penulisan dan Penerbitan Puisi Anak

Yuk nulis puisi untuk anak-anak kita.

Proyek Penulisan dan Penerbitan Cerpen

Terbitkan cerpen Anda jadi buku ber-ISBN

Proyek Penerbitan Cerpen Anak

Anak-anak pun perlu bacaan yang baik. Yuk nulis dan nerbitkan cerita pendek untuk anak.

Karyatunggalkan Puisimu!

Yuk terbitkan puisinya dalam buku karya tunggal

Terbitkan 5 Puisi

Punya 5 puisi? Yuk terbitin bareng-bareng jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 500 Puisi Akrostik

Terbitkan puisi akrostikmu jadi buku 500 AKROSTIK ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman Inspiratif Pendek Guru

Tuliskan pengalaman inspiratif Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman LUCU Guru

Tuliskan pengalaman LUCU Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan best practices Anda jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan artikel pendidikan Anda jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 5000 Pantun Pendidikan

Terbitkan pantun pendidikan dalam 5000 PANTUN PENDIDIKAN

Selasa, 23 Februari 2016

Pemakaian Tanda Titik (.)

pemakaian tanda titik ejaan bahasa Indonesia

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.

Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Hari ini tanggal 6 April 1973.


2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.

Misalnya:
III. Departemen Dalam Negeri
       A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
       B. Direktorat Jenderal Agraria
            1. …


Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam suatu perincian.

Misalnya:
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
1) bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,
a) lambang kebanggaan nasional,
b) identitas nasional, dan
c) alat pemersatu bangsa;
2) bahasa negara ….


(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu angka

Misalnya
1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik

(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan, grafik, atau gambar.

Misalnya:
Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia
Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia
Bagan 2 Struktur Organisasi
Bagan 2.1 Bagian Umum
Grafik 4 Sikap Masyarakat Perkotaan terhadap Bahasa Indonesia
Grafik 4.1 Sikap Masyarakat Berdasarkan Usia
Gambar 1 Gedung Cakrawala
Gambar 1.1 Ruang Rapat


3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.

Misalnya:
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.

Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)

5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.

Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.

6a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
Anggaran lembaga itu mencapai Rp225.000.000.000,00.

6b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.


Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
Nomor rekening panitia seminar adalah
0015645678.


7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.

Misalnya:
Acara Kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kedaulatan (Bab 1 UUD ’45)
Salah Asuhan

8. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat surat.

Misalnya:
Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Palembang (tanpa titik)

Atau:
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
21 April 2013
Jakarta, 15 Mei 2013


Baca juga:
Tanda Garis Miring (/)
Tanda Petik Tunggal (‘…’)
Tanda Petik (“…”)
Tanda Kurung Siku ([…])
Tanda Kurung ((…))
Tanda Seru (!)
Tanda Tanya (?)
Tanda Elipsis (…)
Tanda Pisah (―)
Tanda Hubung (-)
Tanda Dua Titik (:)
Tanda Titik Koma (;)
Pemakaian Tanda Koma (,)
Pemakaian Tanda Titik (.)
Tanda Apostrof (')

Huruf Kapital atau Huruf Besar

Di mana, yang mana
... di ... sebagai Awalan atau Kata Depan (Preposisi) 

Minggu, 14 Februari 2016

Angka dan Lambang




1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.
Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.

Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1000), V (5.000), M (1.000.000)

Pemakaiannya diatur leih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.

2. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.

Misalnya:
0,5 sentimeter1 jam 20 menit
5 kilogrampukul 15.00
4 meter persegitahun 1928
10 liter17 Agustus 1945
Rp5.000,0050 dolar Amerika
US$3.50*10 paun Inggris
$5.10*100 yen
Y10010 persen
2.000 rupiah27 orang


* Tanda titik di sini merupakan tanda decimal.

3. Angka lazim dipakai untuk melambangka nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.

Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Hotel Indonesia, Kamar 169

4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.

Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9

5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

a. Bilangan utuh

Misalnya:
Dua belas12
Dua puluh dua22
Dua ratus dua puluh dua222

b. Bilangan pecahan

Misalnya:
Setengah½
Tiga perempat¾
Seperenam belas1/16
Tiga dua pertiga3 2/3
Seperseratus1/100
Satu persen1 %
Satu permil1‰
Satu dua persepuluh1,2


6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

Misalnya:
Paku Buwono X
pada awal abad XX
dalam kehidupan abad ke-20 ini
lihat Bab II
Pasal 5
dalam bab ke-2 buku itu
di daerah tingkat II itu
di tingkat kedua gedung itu
di tingkat ke-2 itu
kantor di tingkat II itu

7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut.

Misalnya:
tahun ’50-anatautahun lima puluhan
uang 5000-anatauuang lima ribuan
lima uang 1.000-anataulima uang seribuan


8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.

Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5
orang memberikan suara blangko.
Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100
helicak, 100 bemo.


9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.

Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.

Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.

10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh secara besar dapat dieja

Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 200 juta orang.

11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali di dalam
dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.

Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.

Bukan:
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pgawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.

12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan
puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).

Bukan:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh
sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.


Baca pula:
Singkatan dan Akronim
Kata Depan di, ke, dan dari
Kata Ganti -ku-, kau-, -mu, dan -nya
Penulisan Kata Turunan
Pemakaian Huruf Miring

Jumat, 12 Februari 2016

Singkatan dan Akronim

1. Singkatan
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.

Misalnya:
A.S Kramawijaya
Muh. Yamin
Suman Hs.
Sukanto S.A.
M.B.A master of business administration
M.Sc. master of science
S.E. sarjana ekonomi
S.Kar. sarjana karawitan
S.K.M sarjana kesehatan masyarakat
Bpk. Bapak
Sdr. saudara
Kol. kolonel

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumentasi resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara
SMTP sekolah menengah tingkat pertama
PT perseroan terbatas
KTP kartu tanda penduduk

c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.

Misalnya:
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
hlm. halaman
sda. sama dengan atas
Yth. (Sdr. Moh. Hasan) Yang terhormat (Sdr. Moh. Hasan)

Tetapi:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian

d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

Misalnya:
Cu cuprum
TNT trinitrotulen
cm sentimeter
kVA kilovolt-ampere
l liter
kg kilogram
Rp5.000,00 (lima ribu) rupiah

2. Akronim
Akronim kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis selurhnya dengan huruf capital.

Misalnya:
ABRI: Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN: Lembaga Administrasi Negara
PASI: Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
IKIP: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
SIM: surat izin mengemudi

b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kaptal.

Misalnya:
Akabri: Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Bappenas: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Iwapi: Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
Kowani: Kongres Wanita Indonesia
Sespa: Sekolah Staf Pimpinan Administrasi

c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

Misalnya:
pemilu: pemilihan umum
radar: radio detecting and ranging
rapim: rapat pimpinan
rudal: peluru kendali
tilang: bukti pelanggaran

catatan:
jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.
(1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia.
(2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vocal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

Baca juga:
Kata Depan di, ke, dan dari
Kata Ganti -ku-, kau-, -mu, dan -nya
Penulisan Kata Turunan
Pemakaian Huruf Miring

Kamis, 11 Februari 2016

Partikel -lah, -kah, -tah, pun, per

penulisan partikel lah dan kata seru lah
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
Apakah yang tersirat dalam dalam surat itu?
Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia.
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?


Catatan:
"Lah" sebagai kata seru untuk penekanan ditulis terpisah.

Misalnya:
Lah, itu dia!
Bukan saya, lah!


2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.

(1) Mereka pun turut mendukung pembangunan pasar tradisinal itu.
(2) Parkir kendaraan pun sulit karena banyaknya mobil yang dibawa para tamu.


Catatan:
Partikel pun yang ditulis serangkai adalah partikel pun yang merupakan kata penghubung. Jadi, kata-kata seperti meskipun, walaupun, sunggguhpun, biarpun, kendatipun, dan bagaimanapun ditulis serangkai. Contoh pemakaiannya adalah sebagai berikut.

(3) Walaupun hari masih pagi, para pegawai kantor itu sudah banyak yang datang.
(4) Kendaraan di jalan bebas hambatan itu selalu macet walaupun hari sudah malam.


Bagaimana dengan kata sekalipun? Apakah kata itu tetap ditulis serangkai atau terpisah? Kata sekalipun dibedakan menjadi dua. Ada yang ditulis serangkai dan ada pula yang ditulis terpisah. Kata sekalipun yang ditulis serangkai adalah kata penghubung, sedangkan yang ditulis terpisah bukan merupakan kata penghubung. Bagaimana cara membedakannya? Perhatikan kalimat di bawah ini!

(5) Sekalipun dengan susah payah, mereka berhasil mendaki gunung itu.
(6) Jangankan dua kali sekali pun dia belum pernah datang ke rumahku.


Kata sekalipun pada kalimat (5) merupakan kata penghubung, sedangkan pada kalimat (6) bukan kata penghubung. Kata sekalipun yang merupakan kata penghubung dapat diganti dengan kata penghubung yang lain, sedangkan kata sekali pun yang bukan merupakan kata penghubung tidak dapat diganti dengan kata penghubung yang lain. Perhatikan kalimat di bawah ini!

(7) Sekalipun permintaan beras terus meningkat saat menjelang Lebaran, sediaannya masih tetap aman.
(7a) Meskipun permintaan beras terus meningkat saat menjelang Lebaran, sediaannya masih tetap aman.
(7b) Walaupun permintaan beras terus meningkat saat menjelang Lebaran, sediaannya masih tetap aman.


Kata sekalipun pada kalimat (7) dapat diganti dengan meskipun atau walaupun. Hal itu berarti bahwa kata sekalipun seperti pada kalimat (7) adalah kata penghubung. Oleh karena itu, penulisannya diserangkaikan.

Namun, kata sekali pun pada kalimat di bawah ini tidak dapat diganti dengan kata meskipun atau walaupun.

(8) Jangankan dua kali, sekali pun dia belum pernah berkunjung ke rumahku.
(8a) Jangankan daua kali, meskipun dia belum pernah berkunjung ke rumahku.
(tidak bisa)
(8b) Jangankan daua kali, walaupun dia belum pernah berkunjung ke rumahku. (tidak bisa)


Partikel "per"

Kesalahan penulisan partikel per sering muncul karena tidak semua per ditulis terpisah. Per yang ditulis terpisah adalah per yang mempunyai arti (1) tiap-tiap atau setiap, (2) demi, dan (3) mulai.

Berikut contoh pemakaiannya dalam kalimat.
 
(1) Harga kain itu Rp200.000,00 per meter.
(2) Mahasiswa diminta keluar ruang kuliah satu per satu secara tertib.
(3) Surat keputusan itu berlaku per Januari 2015.
 

Selain per yang mengandung arti di atas, ada juga per yang mempunyai arti (1) dibagi dan (2) dengan (menggunakan). Per yang mengandung dua arti itu ditulis serangkai.

Berikut contoh pemakaiannya dalam kalimat.

(4) Dua pertiga penduduk kampung itu masih tergolong miskin.
(5) Dia menghubungi saudaranya yang di kota pertelepon.

Ada pula per- yang bukan partikel, melainkan awalan. Karena merupakan awalan, per- ini ditulis serangkai. Contohnya adalah sebagai berikut.

(6) Perlebar gelaran tikarnya agar dapat memuat banyak tamu!
(7) Sudah sepantasnya kalau kita pertuan kepada orang asing itu.


Imbuhan per- pada kalimat (6) berarti membuat jadi lebih lebar dan pada kalimat (7) berarti memanggil.



Baca juga:
Kata Depan di, ke, dan dari
Kata Ganti -ku-, kau-, -mu, dan -nya
Penulisan Kata Turunan
Pemakaian Huruf Miring
Huruf Kapital atau Huruf Besar

Kata Depan di, ke, dan dari


Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam sajalah di sini.
Di mana Siti sekarang?
Mereka ada di rumah.
Ia ikut terjun di tengah kancah perjuangan.
Ke mana saja ia selama ini?
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Mari kita berangkat ke pasar.
Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.

Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini dtulis serangkai.

Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
Bawa kemari gambar itu.
Kemarikan buku itu.
Semua orang terkemuka di desa hadir dalam kenduri itu.

Baca juga:
Kata Ganti -ku-, kau-, -mu, dan -nya
Penulisan Kata Turunan
Pemakaian Huruf Miring
Huruf Kapital atau Huruf Besar
Pemakaian Tanda Koma (,)

Selasa, 09 Februari 2016

Kata Ganti -ku-, kau-, -mu, dan -nya

Kata Ganti -ku-, kau-, -mu, dan -nya

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya;

-ku-, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kaumabil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.


Baca juga:
Kata Ulang dan Gabungan Kata
Penulisan Kata Turunan
Pemakaian Huruf Miring
Huruf Kapital atau Huruf Besar
Pemakaian Tanda Koma (,)

Senin, 08 Februari 2016

Kata Ulang dan Gabungan Kata

Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Misalnya:
anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupukupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik hura-hura, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus, tukar-menukar, hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra


Gabungan Kata

1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.

Misalnya:
duta besar, kambing hitam, kereta api cepat, luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linier, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.

2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.

Misalnya:
Alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda.

3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.

Misalnya:
Adakalanya, akhirulkalam, Alhamdulillah, astaghfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmawisata, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, karatabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, saptamarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturrahmin, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam


Baca juga:
Penulisan Kata Turunan
Pemakaian Huruf Miring
Huruf Kapital atau Huruf Besar
Pemakaian Tanda Koma (,)

Minggu, 07 Februari 2016

Penulisan Kata Turunan


1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya:
bergetar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.

2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.

Misalnya:
bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan.

3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulus serangkai.

Misalnya:
menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan

4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.

Misalnya:
adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram, awahama, bikarbonat, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, dekameter, demoralisasi, dwiwarna, ekawarna, ekstrakurikuler, elektroteknik, infrastruktur, inkonvensional, introspeksi, kolonialisme, kosponsor, mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolaborasi, Pancasila, panteisme, paripurna, poligami,
pramuniaga, prasangka, purnawirawan, reinkarnasi, saptakrida, semiprofessional, subseksi, swadaya, telepon, transmigrasi, tritunggal, ultramodern

catatan:
1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu harus dituliskan tanda hubung (-).

Misalnya:
non-Indonesia, pan-Afrikanisme

2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.

Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita beersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.


Baca juga:
Pemakaian Huruf Miring
Huruf Kapital atau Huruf Besar
"orangtua" atau "orang tua"; "keluar" atau "ke luar"
Pemakaian Tanda Koma (,)