Proyek Penulisan dan Penerbitan Puisi Anak

Yuk nulis puisi untuk anak-anak kita.

Proyek Penulisan dan Penerbitan Cerpen

Terbitkan cerpen Anda jadi buku ber-ISBN

Proyek Penerbitan Cerpen Anak

Anak-anak pun perlu bacaan yang baik. Yuk nulis dan nerbitkan cerita pendek untuk anak.

Karyatunggalkan Puisimu!

Yuk terbitkan puisinya dalam buku karya tunggal

Terbitkan 5 Puisi

Punya 5 puisi? Yuk terbitin bareng-bareng jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 500 Puisi Akrostik

Terbitkan puisi akrostikmu jadi buku 500 AKROSTIK ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman Inspiratif Pendek Guru

Tuliskan pengalaman inspiratif Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman LUCU Guru

Tuliskan pengalaman LUCU Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan best practices Anda jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan artikel pendidikan Anda jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 5000 Pantun Pendidikan

Terbitkan pantun pendidikan dalam 5000 PANTUN PENDIDIKAN

Kamis, 30 Juni 2016

Tanda Kurung ((…))

pemakaian tanda kurung ejaan bahasa Indonesia
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Misalnya:
Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).
Warga baru itu belum memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
Lokakarya (workshop) itu diadakan di Manado.

Mereka itu siswa sekolah menengah pertama (SMP) di DKI Jakarta.

2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.

Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.


3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.


Misalnya:
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta.
Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.


4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.


Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
(1) akta kelahiran,
(2) ijazah terakhir, dan
(3) surat keterangan kesehatan.



Catatan:
Contoh di atas memang merupakan hal yang biasa atau hampir tidak menimbulkan masalah. Namun, hal itu bukan berarti bahwa tidak ada masalah dalam penulisan yang berkaitan dengan tanda kurung. Perhatikan contoh berikut!

Sekurang-kurangnya ada empat kaidah bahasaIndonesia: 1.*tata bunyi atau fonologi, 2.* tata bentuk kata atau morfologi, 3.* tata kalimat atau sintaksis, dan 4.* tata tulis atau ejaan.

Pada contoh itu terlihat bahwa penomoran perincian dalam teks digunakan tanda titik. Penomoran sepertin itu salah. Seharusnya, angka dalam penomoran seperti itu diapit tanda kurung sehingga perbaikannya menjadi seperti berikut.

Sekurang-kurangnya ada empat kaidah bahasa Indonesia: (1) tata bunyi atau fonologi, (2) tata bentuk kata atau morfologi, (3) tata kalimat atau sintaksis, dan (4) tata tulis atau ejaan.


Barangkali timbul pertanyaan bagaimana kalau perincian itu ditulis menurun, bukan menyamping. Apakah tetap digunakan tanda kurung atau tanda titik. Jawabnya sama, yaitu tetap dengan tanda kurung seperti berikut.

Sekurang-kurangnya ada empat kaidah bahasa Indonesia:
(1) tata bunyi atau fonologi,

(2) tata bentuk kata atau morfologi,
(3) tata kalimat atau sintaksis, dan
(4) tata tulis atau ejaan.


Baca juga:
Tanda Garis Miring (/)
Tanda Petik Tunggal (‘…’)
Tanda Petik (“…”)
Tanda Kurung Siku ([…])
Tanda Kurung ((…))
Tanda Seru (!)
Tanda Tanya (?)
Tanda Elipsis (…)
Tanda Pisah (―)
Tanda Hubung (-)
Tanda Dua Titik (:)
Tanda Titik Koma (;)
Pemakaian Tanda Koma (,)
Pemakaian Tanda Titik (.)
Tanda Apostrof (')

Tanda Seru (!)

pemakaian tanda seru ejaan bahasa Indonesia

Tanda seru dipakai sesuda ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Alangkah indahnya taman laut di Bunaken!
Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
Bayarlah pajak tepat pada waktunya!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya.

Masa! Dia bersikap seperti itu?
Merdeka!


CATATAN:
Tanda seru digunakan untuk ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat. Namun, dalam praktik berbahasa masih sering ditemukan kesalahan penulisan kalimat seru. Berikut contoh kesalahan itu.

1) Perhatikan contoh berikut.*
2) Alangkah segarnya udara pagi di penungan ini.*
3) Yang benar saja.*
4) Semangat terus.*


Kalimat (1) termasuk kalimat perintah. Kata perhatikan merupakan tanda bahwa kalimat itu kalimat perintah. Oleh karena itu, penggunaan tanda titik pada akhir kalimat perintah tersebut salah. Seharusnya, kalimat (1) diakhiri dengan tanda seru.
Kalimat (2) juga merupakan pernyataan kekaguman yang sungguh-sungguh tentang udara pagi di pegunungan. Kalimat yang menggambar kesungguhan seperti itu harus diakhiri dengan tanda seru juga, bukan tanda titik.
Kalimat (3) merupakan pernyataan yang menggambarkan ketidakpercayaan terhadap sesuatu. Kalimat seperti itu juga harus diakhiri dengan tanda seru, bukan tanda titik atau tanda tanya.
Kalimat (4) dapat diakhiri dengan tanda titik, tetapi pernyataan seperti itu hanya merupakan pernyataan biasa yang tidak menggambarkan semangat yang besar. Jika ingin menggambarkan semangat yang bergelora, kalimat (4) harus diakhiri dengan tanda seru. Dengan demikian, keempat kalimat di atas dapa

1a) Perhatikan contoh berikut!
2a) Alangkah segarnya udara pagi di penungan ini!
3a) Yang benar saja!
4a) Semangat terus!



Baca juga:
Tanda Garis Miring (/)
Tanda Petik Tunggal (‘…’)
Tanda Petik (“…”)
Tanda Kurung Siku ([…])
Tanda Kurung ((…))
Tanda Seru (!)
Tanda Tanya (?)
Tanda Elipsis (…)
Tanda Pisah (―)
Tanda Hubung (-)
Tanda Dua Titik (:)
Tanda Titik Koma (;)
Pemakaian Tanda Koma (,)
Pemakaian Tanda Titik (.)
Tanda Apostrof (')

Tanda Tanya (?)

pemakaian tanda tanya ejaan bahasa Indonesia

1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?


2. Tanda tanya dipakai dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat membuktikan kebenarannya.


Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).
Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.


Kaidah tanda tanya hanya dua, yaitu (1) digunakan pada akhir kalimat tanya dan (2) digunakan untuk menandai bagian kalimat yang diragukan. Penerapan tanda tanya untuk kalimat tanya biasa hampir tidak menimbulkan masalah. Masalah kadang-kadang muncul jika kalimat tanya itu dalam kutipan langsung. Berikut ini contohnya.

1) Ayah berkata, “Kapan kita harus datang di pesta itu, Nak”?*
2) Siapa pencipta lagu “Satu Nusa Satu Bangsa?”*

Penulisan seperti pada kalimat (1) dan (2) itu contoh penulisan tanda tanya yang salah. Pada kalimat tanya yang ditulis dalam kutipan, tanda tanya ditulis sebelum tanda petik. Jadi, urutannya tanda tanya dulu lalu diikuti tanda petik. Namun, berbeda halnya dengan kalimat (2). Pada kalimat itu yang dikutip adalah judul lagu. Oleh karena itu, tanda tanya diletakkan sesudah tanda petik. Dengan demikian, penggunaan tanda tanya pada kedua kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi seperti berikut.

1a) Ayah berkata, “Kapan kita harus datang di pesta itu, Nak?”
2a) Siapa pencipta lagu “Satu Nusa Satu Bangsa”?



Baca juga:
Tanda Garis Miring (/)
Tanda Petik Tunggal (‘…’)
Tanda Petik (“…”)
Tanda Kurung Siku ([…])
Tanda Kurung ((…))
Tanda Seru (!)
Tanda Tanya (?)
Tanda Elipsis (…)
Tanda Pisah (―)
Tanda Hubung (-)
Tanda Dua Titik (:)
Tanda Titik Koma (;)
Pemakaian Tanda Koma (,)
Pemakaian Tanda Titik (.)
Tanda Apostrof (')

Tanda Elipsis (…)

pemakaian Tanda Elipsis (...) ejaan bahasa indonesia

1. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.

Misalnya:
“Menurut saya … seperti … bagaimana, Bu?”
“Jadi, simpulannya … oh, sudah saatnya istirahat.”


2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam satu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.

Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah ….
..., lain lubuk lain ikannya.


Catatan:
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah titik untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.

Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ….

CATATAN:
Yang sering salah adalah penggunaan jumlah tanda titik pada tanda ellipsis tersebut. Jika ditanya berapa tanda titik yang digunakan, jawabannya pada umumnya bebeda-beda. Padahal, jumlah titik pada tanda elipsis sebanyak tiga titik. Jika tanda elipsis terletak pada posisi akhir kalimat, harus digunakan 4 tanda titik: 3 titik merupakan tanda elipsis dan 1 titik sebagai tanda akhir kalimat.
Berikut ini disajikan beberapa contoh penggunaan tanda elipsis yang salah.

1) Satu ….., dua ……., tiga!
2) Kita harus ……. mengantre untuk mendapatkan tiket.
3) Semua warga negara harus mau membayar ……
4) Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan mulai berlaku pada tahun ……
a. 1928 c. 1965
b. 1945 d. 1972


Tanda titik pada kalimat (1) yang merupakan tanda elipsis tidak sama jumlahnya. Pada tanda elipsis bagian pertama digunakan 5 tanda titik yang diikuti tanda koma dan pada bagian kedua digunakan 7 tanda titik yang diikuti tanda koma juga. Tanda titik yang digunakan pada kalimat (2) tujuh. Lalu, pada kalimat (3) digunakan enam tanda titik. Dalam pembuatan soal yang berbentuk pilihan ganda sering juga digunakan tanda elipsis. Akan tetapi, pada umumnya juga salah dalam penggunan tanda titiknya. Pada contoh kalimat (4) digunakan enam tanda titik. Penggunaan tanda titik pada keempat kalimat di atas harus diperbaiki menjadi seperti berikut.

1a) Satu …, dua …, tiga!
2a) Kita harus … mengantre untuk mendapatkan tiket.
3a) Semua warga negara harus mau membayar ….
4a) Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan mulai berlaku pada tahun ….
c. 1928 c. 1965
d. 1945 d. 1972


Sumber: Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia,Tim Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016



Baca juga:
Tanda Garis Miring (/)
Tanda Petik Tunggal (‘…’)
Tanda Petik (“…”)
Tanda Kurung Siku ([…])
Tanda Kurung ((…))
Tanda Seru (!)
Tanda Tanya (?)
Tanda Elipsis (…)
Tanda Pisah (―)
Tanda Hubung (-)
Tanda Dua Titik (:)
Tanda Titik Koma (;)
Pemakaian Tanda Koma (,)
Pemakaian Tanda Titik (.)
Tanda Apostrof (')

Rabu, 29 Juni 2016

Tanda Pisah (―)

pemakaian tanda pisah ejaan bahasa Indonesia
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.

Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu―saya yakin akan tercapai―diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.

2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan oposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

Misalnya:
Rangkaian temuan ini―evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom―telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama bandar udara internasional.
Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda—harus terus digelorakan.

3. Tanda pisah dipakai di antara dua dilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.

Misalnya:
1910―1945
Tanggal 5―10 April 1970
Jakarta―Bandung


4. Untuk menunjukkan dipotongnya suatu ujaran dalam kalimat langsung.

"Sudah kukatakan, sebaiknya kamu teliti dulu―"
"Sudah! Sudah kuteliti berulang―"
"Lah, kenapa masih salah kirim?"  

Catatan:
Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.

Catatan Sriyanto dalam Ejaan Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta 2014 halaman 92—93:

Pengalaman saya di lapangan menunjukkan bahwa tanda hubung masih jarang diterapkan dalam praktik berbahasa sehari-hari. Yang lebih mengherankan lagi adalah bahwa pada umumnya orang tidak tahu bahwa ada tanda hubung dalam kaidah Ejaan Bahasa Indonesia. Padahal, tanda hubung dicantumkan dalam Ejaan Bahasa Indonesia bersamaan dengan tanda baca yang lain. Hal [ini] terjadi mungkin karena tanda yang digunakan hampir sama. Tanda hubung lebih pendek daripada tanda pisah.
Berikut contoh penerapan kaidah tanda hubung yang salah.

1) Peperangan itu terjadi tahun 1928-1930.*
2) Rapat akan dilaksanakan pukul 08.00-12.00.*


Pada umumnya orang menulis sampai dengan hubung seperti pada contoh (1) dan (2). Penulisan seperti itu salah. Seharusnya, tanda baca yang digunakan adalah tanda pisah, bukan tanda hubung sehingga pebaikannya menjadi seperti berikut.

1a) Peperangan itu terjadi tahun 1928—1930.
2a) Rapat akan dilaksanakan pukul 08.00—12.00.


Ada cara lain untuk menulis frasa atau kelompok kata sampai dengan. Pertama, frasa itu tidak
disingkat. Kedua, frasa sampai dengan disingkat menjadi s.d. Perhatikan contoh berikut!

1b) Peperangan itu terjadi tahun 1928 sampai dengan 1930.
2b) Rapat akan dilaksanakan pukul 08.00 sampai dengan 12.00.
1c) Peperangan itu terjadi tahun 1928 s.d. 1930.
2c) Rapat akan dilaksanakan pukul 08.00 s.d. 12.00.


Perlu dicatat bahwa singkatan sampai dengan yang disingkat dengan s/d seperti yang ada di spanduk-spanduk di pusat-pusat perbelanjaan merupakan contoh kesalahan yang diperagakan oleh para pengelola pusat perbelanjaan tersebut.

Baca juga:
Tanda Garis Miring (/)
Tanda Petik Tunggal (‘…’)
Tanda Petik (“…”)
Tanda Kurung Siku ([…])
Tanda Kurung ((…))
Tanda Seru (!)
Tanda Tanya (?)
Tanda Elipsis (…)
Tanda Pisah (―)
Tanda Hubung (-)
Tanda Dua Titik (:)
Tanda Titik Koma (;)
Pemakaian Tanda Koma (,)
Pemakaian Tanda Titik (.)
Tanda Apostrof (')

Senin, 27 Juni 2016

Tanda Hubung (-)

pemakaian tanda hubung ejaan bahasa Indonesia
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ju-
ga cara yang baru

suku kata yang berupa satu vocal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.

Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ….
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau
beranjak …
.

Atau

Beberapa pendapat mengenai masalah
itu telah disampaikan ….
Walaupun sakit, mereka tetap tidak
mau beranjak …
.

Bukan:
Beberapa pendapat mengenai masalah i-
tu telah disamapaikan ….
Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-

u beranjak ….

2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.

Misalnya:
Kini ada acara baru untuk meng-
ukur panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita me-

ngukur kelapa.
Senjata merupakan alat pertahan-

an yang canggih.

Akhiran i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.

3. Tanda hubung meyambung unsur-unsur kata ulang.

Misalnya:
Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan

Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.

4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.

Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973


5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas 
(i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan 
(ii) penghilangan baian kelompok kata.

Misalnya:
ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x 5.000), tanggung jawab dan kesetiakawanan-sosial

Bandingkan dengan:
Be-revolusi, dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25.000), tanggung jawab dan
kesetiakawanan sosial


6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai 
(i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, 
(ii) ke- dengan angka, 
(iii) angka dengan -an, 
(iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan 
(v) nama jabatan rangkap.
(vi) kata dengan kata ganti Tuhan
(vii) huruf dan angka; dan 

(viii) kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital

Misalnya:
se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X; Menteri-Sekretaris Negara, ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu, D-3, S-1, S-2, KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku

Catatan:
Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf.

 
Misalnya:
BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia)
LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia)
P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)



7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.

Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an
di-sowan-i (bahasa Jawa, ‘didatangi’)
ber-pariban (bahasa Batak, ‘bersaudara sepupu’)
di-back up

8. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.

Misalnya:
Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.



Ada sejumlah jenis kesalahan penggunaan tanda hubung, antara lain, penggunaan tanda hubung untuk menulis kata ulang; untuk memisahkan tanggal, bulan, dan tahun; untuk memisahkan huruf kecil dengan huruf besar dalam sebuah kata; atau untuk memisahkan angka dan huruf dalam satu kata. Perhatikan contoh di bawah ini!

1) Undang-Undang Nomor 43 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
2) Rapat akan dilaksanakan tanggal 12-9-2014 di Jakarta.
3) Pertandingan itu diikuti peserta se-Jawa dan Bali.
4) Dia dikenal sebagai penulis sastra angkatan 70-an.
5) Kegiatan itu di-back up oleh pejabat setempat.


Menurut kaidah semua kata ulang ditulis dengan tanda hubung, baik kata ulang dasar maupun kata ulang berimbuhan. Ketentuan itu berlaku dalam penulisan judul karangan atau judul dokumen resmi. Dalam praktiknya penulisan kata ulang seperti makan-makan, pagi-pagi, besar-besar, atau baik-baik hampir tidak masalah. Masalah kadang-kadang muncul dalam penulisan kata ulang berimbuhan. Kadang-kadang orang menulis kata ulang berimbuhan sacara salah, misalnya, menyia nyiakan,
memata matai, atau kepura puraannya. Penulisan yang benar adalah menyia-nyiakan, memata-matai, atau kepura-puraan.

Kesalahan lain yang kadang-kadang muncul adalah penulisan judul karangan atau dokumen seperti pada kalimat (1). Contoh penulisan kata ulang pada kalimat (1) sudah benar. Namun, penulisannya sering salah menjadi kata Undang-undang dan Pokok-pokok.

Penggunaan tanda seperti pada kalimat (2) sudah benar. Akan tetapi, dalam praktiknya kadang-kadang salah, misalnya, tanggal 12-September-2014. Jika nama bulan ditulis lengkap, tanda hubung tidak lagi digunakan. Penulisan yang benar adalah tanggal 12 September 2014.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa meskipun tanggal, bulan, dan tahun yang ditulis dengan angka itu benar, untuk surat dinas digunakan nama bulan, bukan dengan angka. Alasannya adalah bahwa nama bulan lebih mencerminkan keresmian. Di samping itu, untuk jenis surat tertentu pencantuman nama bulan lebih aman.

Pengaturan kaidah tanda hubung selanjutnya adalah penggunaan tanda hubung pada pertemuan huruf kecil dengan huruf kapital atau huruf dengan angka dalam sebuah kata. Contoh pada kalimat (3) dan (4) sudah benar. Dalam praktiknya penerapan kaidah tanda hubung jenis ini juga kadang-kadang salah. Penulisan seperti HUT ke 67 RI, se DKI Jakarta, atau tahun 50an merupakan contoh penulisan yang salah. Seharusnya, yang benar adalah HUT ke-67 RI, se-DKI Jakarta, atau tahun 50-an.

Ada satu kaidah tanda hubung lagi, yaitu tanda hubung di antara imbuhan bahasa Indonesia yang diikuti kata asing atau kata daerah. Contoh penulisan pada kalimat (5) merupakan contoh penulisan yang benar. Sejalan dengan itu, penulisan yang benar adalah

di-peusijuk (Aceh/‟ditepungtawari‟), 
di-sowan-i (Jawa/‟didatangi‟),
ber-pariban (Batak/‟bersaudara sepupu‟)


adalah contoh penulisan yang juga benar.

Baca juga:
Tanda Garis Miring (/)
Tanda Petik Tunggal (‘…’)
Tanda Petik (“…”)
Tanda Kurung Siku ([…])
Tanda Kurung ((…))
Tanda Seru (!)
Tanda Tanya (?)
Tanda Elipsis (…)
Tanda Pisah (―)
Tanda Hubung (-)
Tanda Dua Titik (:)
Tanda Titik Koma (;)
Pemakaian Tanda Koma (,)
Pemakaian Tanda Titik (.)
Tanda Apostrof (')

Tanda Dua Titik (:)

pemakaian tanda titik dua ejaan bahasa Indonesia
1a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.

Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.


1b. Tanda titk dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengkahiri pernyataan.

Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.


3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Misalnya:
a.
Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan


b.
Tempat Sidang : Ruang 104
Pengantar Acara : Bambang S.
Hari : Senin
Waktu : 09.30


4. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.

Misalnya:
Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”
Amir : “Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan masuk)
Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar)


5. Tanda titik dua dipakai 
(i) di antara jilid atau nomor dan halaman, 
(ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, 
(iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan , serta 
(iv) di antara nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

Misalnya:
Tempo, I (34), 1971: 7
Surah Yasin: 9

Karangan Ali Hakim, Pedidikan Seumur Hidup: sebuah Studi, sudah terbit.
Tjokronegoro, Sutomo, Tjukuplah Saudara Membina Bahasa Persatuan Kita? Djakarta: Eresco, 1968.


Hingga saat ini kesalahan penggunaan tanda titik dua banyak dijumpai dalam laporan kegiatan, surat dinas, atau laporan penelitian dalam kasus seperti berikut.

1) Kegiatan penataran bagi para calon penyuluh bahasa Indonesia merupakan kegiatan yang sangat dinanti-nanti oleh para pegawai di lingkungan Badan dan Pengembangan Bahasa. Hal itu wajar karena jumlah pegawai yang dapat mengikuti penataran sangat terbatas. Karena peminatnya begitu besar, kegiatan penataran ini perlu terus diadakan dan ditingkatan. Sehubungan dengan itu, kami perlu melaporkan hal-hal sebagai berikut:
1. Persiapan
….
2. Pelaksanaan
….
3. Hambatan
….

4. Solusi
….
5. Penutup


Contoh laporan di atas kalau ditulis lengkap dapat mencapai tiga puluh halaman atau lebih. Perhatikan kalimat yang terakhir! Kalimat terakhir itu diakhiri tanda titik dua. Pertanyaan yang muncul adalah kapan kalimat tersebut berhenti. Jawabannya tidak pernah berhenti karena setelah kalimat itu merupakan sub-subjudul baru yang masing-masing diikuti uraian yang terdiri atas sejumlah paragraf. Kesalahan seperti itu sudah lazim dalam penulisan laporan kegiatan di kantor-kantor pemerintah atau swasta.

Bagaimana yang benar menurut kaidahnya? Kaidahnya berbunyi begini. “Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.” Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam memahami kaidah itu, yaitu (1) kata dapat, (2), pernyataan lengkap, dan (3) rangkaian atau pemerian. Pertama, yang tertera dalam kaidah itu adalah kata dapat. Hal itu berati bahwa pemakaian tanda titik itu tidak harus atau tidak wajib. Kedua, pernyataan lengkap sama pengertiannya dengan kalimat lengkap. Artinya, pernyataan tersebut sekurang-kurangnya mengandung unsur subjek dan predikat. Ketiga, rangkaian atau pemerian sama pengertiannya dengan perincian penguraian unsur-unsurnya.

Mari kita lihat kalimat Sehubungan dengan itu, kami perlu melaporkan hal-hal sebagai berikut. Kalimat itu merupakan pernyataan lengkap atau kalimat lengkap karena sekurang-kurangnya mengandung subjek dan predikat. Jika diuraikan atas unsur-unsurnya, kalimat itu terdiri atas kata penghubung (sehubungan dengan itu), subjek (kami), predikat (perlu melaporkan), dan objek
(hal-hal sebagai berikut). Jadi, pernyataan tersebut termasuk pernyataan lengkap.

Pertanyaan berikutnya adalah pernyataan tersebut diikuti perincian atau uraian atau tidak. Pernyataan lengkap tersebut diikuti perincian atau uraian. Namun, perincian atau uraiannya tidak tidak dalam satu kalimat dengan pernyataannya, tetapi ada pada sub-subjudul baru dengan uraiannya yang dapat mencapai puluhan halaman. Dengan kata lain, perincian atau uraian kalimat di atas bukan bagian pernyataan. Hal itu penting karena terkait dengan penentuan tanda baca yang digunakan, dalam hal ini tanda titik dua atau tanda titik.

Kapan tanda titik dua digunakan sesudah pernyataan lengkap? Tanda titik dua digunakan sesudah pernyataan yang diikuti perincian apabila perincian itu merupakan bagian dari penyataan lengkap tersebut. Perhatikan contoh berikut!

2) Mahasiswa yang akan mengadakan penelitian harus melakukan hal-hal berikut:
a) mengadakan survei awal,
b) menyusun proposal penelitian,
c) mengumpulkan data,
d) mengolah data, dan
e) menyusun laporan penelitian.


Pernyataan pada contoh (2) termasuk pernyataan lengkap. Pernyataan itu terdiri atas subjek (mahasiswa yang akan mengadakan penelitian), predikat (harus melakukan), dan objek (hal-hal berikut). Kemudian, pernyataan lengkap tersebut diikuti perincian, yaitu (a)—(e). Yang perlu dicatat di sini adalah bahwa perincian tersebut merupakan bagian pernyataan karena semua unsur perincian itu bukan merupakan kalimat yang dapat berdiri sendiri. Konsekuensinya adalah bahwa setiap awal perincian dimulai dengan huruf kecil dan setiap akhir perincian diakhiri tanda titik koma, kecuali perincian yang terakhir dengan tanda titik. Agar masalahnya lebih jelas, contoh di bawah ini dapat dijadikan bandingannya.

3) Mahasiswa yang akan mengadakan penelitian harus melakukan hal-hal berikut.
a) Sebagai persiapan penelitian, mahasiswa perlu mengadakan survei awal.
b) Setelah persiapan cukup, mahasiswa harus menyusun proposal penelitian.
c) Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data.
d) Setelah data terkumpul, tahap berikutnya adalah mengolah data.
e) Langkah terakhir dalam penelitian adalah menyusun laporan penelitian.


Pada contoh (3) pernyataannya termasuk pernyataan lengkap dan diikuti perincian. Akan tetapi, perinciannya berupa kalimat-kalimat lengkap. Berbeda halnya dengan contoh (2) yang perinciannya bukan merupakan kalimat lengkap. Oleh karena itu, tanda baca yang mengikuti pernyataan berbeda. Pada contoh (2) pernyataan diikuti tanda titik dua, sedangkan pada contoh (3) pernyataan diikuti tanda titik. Setiap awal perincian pada contoh (2) diawali dengan huruf kecil dan diakhiri dengan tanda koma, sedangkan setiap perincian pada contoh (3) setiap perincian diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik.

Masih ada pertanyaan lagi sehubungan dengan penggunaan tanda baca setelah pernyataan yang diikuti perincian di atas. Pertanyaannya adalah bagaimana jika pernyataannya bukan merupakan pernyataan lengkap, tetapi juga diikuti perincian. Jika pernyataannya bukan merupakan pernyataan lengkap, tetapi diikuti perincian, setelah pernyataan tersebut tidak diikuti tanda baca apa pun. Perhatikan contoh berikut!

4) Laporan kegiatan ini meliputi
a) persiapan,
b) pelaksanaan,
c) hambatan di lapangan,
d) cara mengatasinya, dan
e) penutup.


Contoh (4) juga terdiri atas pernyataan dan perincian. Namun, pernyataannya bukan merupakan pernyataan lengkap. Pernyataan pada contoh (4) terdiri atas subjek (laporan kegiatan ini) dan predikat (meliputi). Agar pernyataan itu lengkap, harus ada objek. Ternyata objeknya berupa perincian (a)—(e). Hal itu berarti bahwa perincian merupakan bagian dari pernyataan. Oleh karena itu, setelah pernyataan tidak digunakan tanda baca apa pun.

Baca juga:
Tanda Garis Miring (/)
Tanda Petik Tunggal (‘…’)
Tanda Petik (“…”)
Tanda Kurung Siku ([…])
Tanda Kurung ((…))
Tanda Seru (!)
Tanda Tanya (?)
Tanda Elipsis (…)
Tanda Pisah (―)
Tanda Hubung (-)
Tanda Dua Titik (:)
Tanda Titik Koma (;)
Pemakaian Tanda Koma (,)
Pemakaian Tanda Titik (.)
Tanda Apostrof (')