Proyek Penulisan dan Penerbitan Puisi Anak

Yuk nulis puisi untuk anak-anak kita.

Proyek Penulisan dan Penerbitan Cerpen

Terbitkan cerpen Anda jadi buku ber-ISBN

Proyek Penerbitan Cerpen Anak

Anak-anak pun perlu bacaan yang baik. Yuk nulis dan nerbitkan cerita pendek untuk anak.

Karyatunggalkan Puisimu!

Yuk terbitkan puisinya dalam buku karya tunggal

Terbitkan 5 Puisi

Punya 5 puisi? Yuk terbitin bareng-bareng jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 500 Puisi Akrostik

Terbitkan puisi akrostikmu jadi buku 500 AKROSTIK ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman Inspiratif Pendek Guru

Tuliskan pengalaman inspiratif Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman LUCU Guru

Tuliskan pengalaman LUCU Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan best practices Anda jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan artikel pendidikan Anda jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 5000 Pantun Pendidikan

Terbitkan pantun pendidikan dalam 5000 PANTUN PENDIDIKAN

Selasa, 03 Desember 2019

Kapitalisasi Judul

Kapitalisasi adalah penulisan kata dengan menggunakan huruf besar (huruf kapital) untuk huruf pertamanya dan huruf kecil untuk huruf lainnya. Ada dua jenis kapitalisasi utama, yaitu kapitalisasi kalimat (sentence case) dan kapitalisasi judul (title case). Aturan kapitalisasi kalimat sederhana: kapitalisasikan kata pertama, nama diri (misalnya nama orang, nama lembaga, dll.), dan kata lain yang dikapitalisasi berdasarkan aturan lain (misalnya singkatan MPR). Aturan kapitalisasi judul sedikit lebih pelik.

Aturan kapitalisasi judul menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau EYD (terlalu) sederhana:

"Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti dikedaridanyang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal."

Bila diurai, ada empat aturan kapitalisasi judul:
  1. Ikuti aturan kapitalisasi kalimat.
  2. Kapitalisasikan semua unsur kata ulang sempurna.
  3. Kapitalisasikan semua kata yang tidak termasuk kata tugas.
  4. Kapitalisasikan kata tugas bila terletak pada posisi awal judul.
Aturan #1 sengaja ditegaskan karena ada pertanyaan yang dapat muncul: Bagaimana bila kata pertama adalah kata yang tidak diawali huruf besar, misalnya iPad (nama merek yang diawali huruf kecil) atau bin Laden (unsur nama seperti de, van, der, bin, atau binti biasanya tidak dikapitalisasi). Penulisan merek tidak dapat diubah karena merupakan identitas, jadi tetap ditulis iPad (bukan IPad). Unsur nama yang biasanya tidak dikapitalisasi, harus dikapitalisasi bila terletak pada awal judul, misalnya Bin Laden (bukan bin Laden).

Aturan #2 berarti kata ulang yang tidak termasuk kata ulang sempurna cukup dikapitalisasi unsur pertamanya. Apa yang termasuk kata ulang sempurna? Kata ulang sempurna--disebut juga kata ulang utuh, kata ulang penuh, atau dwilingga--adalah kata ulang yang terbentuk dengan pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem atau huruf dan tanpa penambahan imbuhan. Jadi penulisan judul dengan kata ulang yang benar adalah, misalnya, "Undang-Undang Sayur-mayur Bergerak-gerak". Sayur-mayur dan bergerak-gerak bukan kata ulang sempurna.

Aturan #3 berarti kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata ganti, dan kata bilangan dikapitalisasi. Kekeliruan yang sering ditemukan adalah tidak mengapitalisasi kata keterangan, misalnya tidak dan akan. Kata keterangan tetap harus dikapitalisasi bila dipakai pada judul. Sekadar contoh, bukan imbauan, "Presiden Tidak Akan Menyetujui Revisi UU KPK".

Sebaliknya, aturan #4 berarti lima kelas kata yang termasuk kata tugas tidak dikapitalisasi. Kelima kata tersebut adalah kata depan (misalnya di), kata sambung (misalnya karena), kata seru (misalnya dong), artikula (misalnya si dan para), dan partikel penegas (misalnya pun). Kita kadang ragu untuk tidak mengapitalisasi kata tugas yang panjang, misalnya terhadap, atau kata yang tidak kita ketahui termasuk kata tugas, misalnya para. Contoh kapitalisasi yang betul: "Kepercayaan Publik terhadap para Anggota DPR pun Menurun".

Aturan kapitalisasi judul bahasa Indonesia tidak sesederhana pernyataan EYD, ya?

Sebagai catatan, semua aturan di atas mengikuti aturan dari Badan Bahasa (dulu Pusat Bahasa). Pembagian kelas kata yang digunakan sebagai rujukan pun mengikuti buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) yang disusun oleh tim dari Pusat Bahasa. Lembaga lain atau ahli bahasa lain mungkin memiliki aturan sendiri yang dapat melengkapi atau menggugurkan salah satu aturan di atas.

Minggu, 10 November 2019

Simulfiks


si.mul.fiks

  • n Ling afiks yang tidak berbentuk suku kata dan yang ditambahkan atau dileburkan pada dasar; misalnya n pada ngopi (pangkalnya kopi)

Simulfiks bukan ragam baku. Hanya digunakan dalam percakapan.

Simulfiks, ngopi


Contoh lain:
- nyapu (ny + sapu)
- nyuci (ny + cuci)
- macul (m + pacul)

- ngambil (ng + ambil) 
- nongkrong (n + tongkrong) 
- nyari (ny + cari)
- ngobrol (ng + obrol)
- mitnah (m + fitnah)
- ngurung (ng + kurung)

Sabtu, 09 November 2019

Penulisan Daftar Pustaka yang Baik dan Benar

copas dari artikel Ivan Lanin di https://linguabahasa.id/penulisan-daftar-pustaka-yang-baik-dan-benar/

Panduan dan Contoh dalam PUEBI
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) memberikan panduan penulisan daftar pustaka pada empat bagian yang terpisah sebagai berikut.

  1. Butir I.G.1 tentang Huruf Miring: Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
  2. Butir III.A.3 tentang Tanda Titik: Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.
  3. Butir III.B.8 tentang Tanda Koma: Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
  4. Butir III.D.5 tentang Tanda Titik Dua: Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.
Empat panduan pada PUEBI tersebut memberikan tujuh contoh penulisan daftar pustaka sebagai berikut.
  1. Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi Keempat (Cetakan Kedua). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  2. Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta.
  3. Moeliono, Anton. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.
  4. Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
  5. Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
  6. Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur. Ambon: Mutiara Beta.
  7. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.
Pola Umum Penulisan
Semua contoh pada PUEBI memberikan pola penulisan daftar pustaka untuk buku seperti berikut.

Pengarang. Tahun. Judul. Penerbit.

Pola ini bisa dirumuskan dengan akronim sikad (siapa pengarangnya; kapan diterbitkan; apa judulnya; di mana dan oleh siapa diterbitkan). Berikut uraian polanya.
  1. Tiap bagian dipisahkan oleh tanda titik.
  2. Pengarang individu ditulis dengan nama belakang ditulis lebih dahulu yang dipisahkan dengan tanda koma dengan nama depan. Pengarang berupa institusi ditulis tanpa dibalik urutan namanya.
  3. Judul ditulis dengan huruf miring dengan kapitalisasi judul. Keterangan edisi atau jilid dipisahkan dengan tanda titik. Keterangan cetakan ditulis dalam tanda kurung.
  4. Informasi penerbit terdiri atas dua bagian, yaitu kota dan penerbit, yang dipisahkan dengan tanda titik dua.
PUEBI hanya memberikan contoh untuk penulisan daftar pustaka berupa buku. Lantas, bagaimana cara penulisan daftar pustaka yang baik dan benar dari sumber rujukan lain seperti artikel majalah atau tulisan di situs web? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita mesti mencari gaya penulisan yang mirip.

Ada banyak gaya penulisan daftar pustaka di dunia. Gaya penulisan yang terkenal antara lain APA (American Psychological Association), MLA (Modern Language Association), dan CMS (Chicago Manual of Style). Mari kita lihat penulisan menurut tiap gaya ini:
  • APA: Moeliono, A. (1989). Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.
  • MLA: Moeliono, Anton. Kembara Bahasa. Gramedia, 1989.
  • CMS: Moeliono, Anton. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Ternyata, gaya penulisan daftar pustaka menurut CMS (model pengarang-tanggal atau author-date) paling mirip dengan contoh penulisan pada PUEBI. Berdasarkan itu, kita dapat berikhtiar untuk menjadikan CMS sebagai rujukan penulisan daftar pustaka dari majalah, jurnal, situs web, dan lain-lain. Ulasan berikut membahas penulisan daftar pustaka dalam bahasa Indonesia sesuai dengan gaya CMS. Kami menyebutnya Gaya Sitasi Indonesia (GSI).

Penulisan Berdasarkan Sumber
Berdasarkan jenisnya, sumber daftar pustaka dapat dikelompokkan menjadi buku, terbitan berkala (periodical), sumber akademis, konten daring, multimedia, sumber tertulis lain, dan sumber lisan. Komunikasi pribadi, seperti surel dan telepon, umumnya tidak dimasukkan ke dalam daftar pustakan dan hanya dicantumkan di dalam teks.

Keterangan singkatan pada kolom “Penulisan”:
  1. P = Pengarang
  2. T = Tahun
  3. J = Judul
  4. J1 = Judul karya yang menjadi bagian J2
  5. J2 = Judul karya yang mengandung J1
  6. K = Nama kota dan/atau penerbit
  7. C = Catatan atau keterangan tambahan
  8. F = Format 

Buku
Selain buku standar, variasi cara penulisan diterapkan pada sumber bagian buku, buku terjemahan, dan buku elektronik (buku-el). Sumber daring ditambahkan alamat situsnya pada bagian paling belakang.
SumberPenulisanContoh
BukuP. T. J. K.Lanin, Ivan. 2018. Xenoglosofilia: Kenapa Harus Nginggris? Jakarta: Buku Kompas.
Bagian bukuP. T. “J1”. J2. K.Kridalaksana, Harimurti. 2007. “Bahasa dan Linguistik”. Dalam Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik, diedit oleh Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder, 3–14. Jakarta: Gramedia.
TerjemahanP. T. J. C. K.
C = Penerjemah
Rowling, J.K. 2008. Harry Potter dan Relikui Kematian. Terjemahan Listiana Srisanti. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Buku-elP. T. J. K. F.
F = Format buku-el (Kindle, dll.)
Endarmoko, Eko. 2018. Remah-Remah Bahasa. Jakarta: Bentang Pustaka. Google Play.

Terbitan Berkala
Terbitan berkala terdiri atas jurnal dan artikel (majalah, koran). Sumber daring ditambahkan alamat situsnya pada bagian paling belakang.
SumberPenulisanContoh
JurnalP. T. “J1”. J2 C.
C = Volume, Nomor (Tanggal): Halaman
Ibrahim, Gufran A. dan Luh Anik Mayani. 2018. “Perencanaan Bahasa di Indonesia Berbasis Triglosia”. Linguistik Indonesia 36, no. 2: 107–116.
Majalah atau koranP. T. “J1”. J2, C.
C = Tanggal
Anderson, Benedict. 2001. “Beberapa Usul demi Pembebasan Bahasa Indonesia”. Majalah Tempo, Desember: 35.

Sumber Akademis
Sumber akademis terdiri atas karya ilmiah (skripsi, tesis, disertasi) dan makalah.
SumberPenulisanContoh
Skripsi, tesis, atau disertasiP. T. “J”. C.
C = Jenis, Institusi
Lanin, Ivan. 2012. “Strategi peningkatan kualitas ilmiah Wikipedia bahasa Indonesia”. Tesis, Program Studi Magister Teknologi Informasi Universitas Indonesia.
MakalahP. T. “J”. C.
C = Makalah, Acara
Lanin, Ivan. 2018. “Penggunaan Bahasa dan Sastra dalam Teknologi Informasi sebagai Penguat Karakter Bangsa”. Makalah, Kongres Bahasa Indonesia XI.
Konten Daring
Konten daring terdiri atas situs web atau blog, media sosial, video daring, dan siniar (podcast).
SumberPenulisanContoh
Situs webP. T. “J1”. J2. C.Lanin, Ivan. 2019. “Konsultan, Konsultasi, dan Konsultansi”. LinguaBahasa. Diakses 23 Feb 2019. https://linguabahasa.id/konsultan-konsultasi-dan-konsultansi/
Media sosialP. T. “J”. C.Lanin, Ivan (@ivanlanin). 2017. “Kata itu netral. Tafsir manusia membuatnya memihak.” Twitter, 31 Agu 2017, 12.40. https://twitter.com/ivanlanin/status/ 902949189658673152.
Video daringP. T. “J”. C.Mojokdotco. 2018. “Ivan Lanin: Saya Wikipediawan, Bukan KBBI Berjalan”. Video YouTube, 22.04, 2 Apr. http://youtu.be/SkSkjWy9s34.
Siniar (podcast)P. T. “J1”. J2. C.Kompas Corner. 2019. “Ivan Lanin: Xenoglosofilia: Kenapa Harus Nginggris?”. OBSESIF. Audio podcast, 34.08, 10 Feb. https://shows.pippa.io/obsesif/episodes/ivan-lanin-xenoglosofilia_kenapa-harus-nginggris.
Multimedia
Multimedia terdiri atas siaran (televisi atau radio), film atau video, audio (lagu atau rekaman), dan foto. Sumber daring ditambahkan alamat situsnya pada bagian paling belakang.
SumberPenulisanContoh
Televisi atau radioJ2. “J1”. C.
C = Stasiun, Tanggal
Mata Najwa. “Catatan Tanpa Titik”. MetroTV, 26 Juli 2017.
Film atau videoJ. T. F. C. K.
F = Format (DVD, dsb.) bisa tidak dicantumkan
C = Sutradara

Ada Apa dengan Cinta? 2002. DVD. Disutradarai oleh Rudi Soedjarwo. Jakarta: Miles Production.
Lagu atau rekamanP. T. J. C. K. F.
C = Konduktor
F = CD, dsb.
New York Philharmonic. 1948. Concerto in E minor: for violin and orchestra, op. 64 / Mendelssohn. Konduktor Bruno Walter. New York: Columbia. CD.
FotoP. T. J. K.Cartier-Bresson, Henri. 1938. Juvisy, France. Museum of Modern Art, New York City.

Sumber Tertulis Lain
Sumber tertulis lain terdiri atas referensi (ensiklopedia dan kamus), laporan, kitab suci, dan peraturan perundang-undangan. Sumber daring ditambahkan alamat situsnya pada bagian paling belakang.
SumberPenulisanContoh
Ensiklopedia atau kamusJ2, T. Entri “J1”. K. C.KBBI Daring. 2018. Entri “kamus”.  Diakses 23 Feb 2019. https://kbbi.kemdikbud.go.id/ entri/kamus
LaporanP. T. J. K.Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan. 2018. Laporan Belanja Perpajakan 2016–2017. Jakarta: Kemenkeu. http://www.fiskal.kemenkeu.go.id/ publikasi/TER/ter2016-2017.pdf
StandarP. T. J. C. K.
C = Nomor standar
Badan Standardisasi Nasional. 2015. Sistem manajemen mutu – Persyaratan. Standar No. SNI ISO 9001:2015.
Kitab suciJ. T. K.Alquran dan Terjemahannya. 2017. Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia.
Peraturan perundang-undanganP. T. J. K.Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Jakarta: Sekretariat Negara.

Sumber Lisan
Sumber lisan terdiri atas pidato, presentasi, atau kuliah dan wawancara.
SumberPenulisanContoh
Pidato, presentasi, atau kuliahP. T. “J”. C.Lanin, Ivan. 2018. “Penulisan Tesis dengan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar”. Kuliah di Magister Teknologi Informasi Universitas Indonesia, 17 April 2018.
WawancaraP. T. “J”. C.Obama, Michelle. 2009. “Oprah Talks to Michelle Obama”. Wawancara oleh Oprah Winfrey. O, The Oprah Magazine, 1 April 2009.

Variasi Bagian
Bagian-bagian di atas diberi singkatan untuk memudahkan pengodean. Variasi pada tiap bagian akan dijelaskan berikut ini.

Pengarang (P)
Nama pengarang dituliskan sebagai berikut.
  • Satu pengarang: Lanin, Ivan
  • Dua pengarang: Endarmoko, Eko dan Uksu Suhardi
  • Tiga pengarang: Nuradi, Felicia, Totok Suhardianto, dan Tendy Soemantri
  • Lebih dari tiga pengarang: Darnis, Azhari D., dkk.
  • Editor: Adib, Holy (ed.)
  • Nama satu kata: Soeharto
  • Lembaga: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan
  • Pengarang tidak diketahui: n.n. 

Tahun (T)

Tahun terbit dituliskan sebagai berikut.
  • Ada tahun: 2019
  • Tanpa tahun: t.t. 

Judul (J, J1, J2)

Edisi atau jilid buku dapat ditambahkan setelah judul. Nomor cetakan dapat ditambahkan dalam tanda kurung. Contoh:
  • Kamus Linguistik. Edisi Keempat (Cetakan Kedua).
  • Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1. 

Kota dan Penerbit (K)

Nama kota dan penerbit dipisahkan dengan tanda titik dua. Contoh: Jakarta: Gramedia.

Catatan (C)

Catatan atau keterangan tambahan bergantung pada jenis sumber.

Minggu, 06 Oktober 2019

Keluar ke luar

Baik ke luar maupun keluar memiliki fungsi dan makna masing-masing: yang pertama sebagai kata keterangan (adverbia), sedangkan yang kedua sebagai kata kerja (verba). Pada kata keterangan ke luar, kata ke berfungsi sebagai kata depan yang menyatakan arah atau tujuan, misalnya pindah ke luar. Pada kata kerja keluar, ke- berfungsi sebagai awalan pembentuk kata kerja, dengan makna sbb.:
  1. bergerak dari sebelah dalam ke sebelah luar: murid-murid disuruh keluar dari kelas untuk berolahraga di lapangan sekolah
  2. tersembul: bunga teratai itu keluar dari permukaan air
  3. menampakkan diri; timbul; muncul: pencuri itu keluar dari tempat persembunyiannya
  4. terbit: surat kabar tidak keluar hari ini
  5. terlahir: kata-kata yang keluar dari hati nurani
  6. pergi ke luar (rumah dsb): ia baru saja keluar
  7. diumumkan: hasil ujian sudah keluar
  8. berhenti dari perkumpulan (pekerjaan, sekolah, dsb): ia sudah keluar dari perusahaan itu
  9. muncul sebagai pemenang pertandingan dsb: ia keluar sebagai pemenang pertama dalam lomba cipta puisi untuk tahun ini
Dalam ragam lisan, perbedaan antara ke luar dan keluar memang hampir tidak kentara. Namun, perbedaan keduanya cukup nyata dalam ragam tulisan.
Untuk menentukan apakah ke ditulis terpisah atau serangkai dengan luar, kita harus melihat penggunaannya di dalam kalimat. Ke luar berperan sebagai keterangan, sedangkan keluar berperan sebagai predikat. Perhatikan dua contoh berikut:
(1) Anggota DPR itu pergi ke luar ruang sidang.
(2) Anggota DPR itu keluar dari ruang sidang.
Pada contoh pertama, ke luar merupakan keterangan terhadap predikat pergi, sedangkan pada contoh kedua, keluar merupakan predikat yang menunjukkan tindakan yang dilakukan subjek.
Cara lain untuk menentukan apakah ke luar atau keluar yang dipakai ialah dengan mengganti dengan antonim masing-masing, yakni ke dalam dan masuk.
(3) Anggota DPR itu pergi ke dalam ruang sidang.
(4) Anggota DPR itu masuk ke ruang sidang.
Contoh #3 terasa janggal bila ke dalam diganti dengan masuk, sedangkan contoh #4 terasa janggal bila masuk diganti dengan ke dalam.
Lalu, bolehkah kita menulis, "Saya keluar ke luar?" Boleh saja, tetapi itu merupakan bentuk pemborosan kata dan menjadikan kalimat tidak efektif.

Nama Jenis Bentang Alam


Nama jenis bentang alam (landform) yang menjadi bagian nama geografi diawali huruf kapital. Contoh: - Pulau Miangas - Bukit Barisan - Dataran Tinggi Dieng - Danau Toba - Gunung Semeru - Ngarai Sianok - Selat Lombok - Sungai Musi - Pegunungan Himalaya - Teluk Benggala

Dataran Tinggi Dieng
Dataran Tinggi Dieng


credit to https://twitter.com/ivanlanin

Selasa, 06 Agustus 2019

Kalimat salah dalam surat yang sering digunakan

Tentang kalimat pembuka dan penutup surat (dinas):

Berikut penjelasan yang diberikan oleh Ivan Lanin:

Bagian yang diawali "menunjuk", "menjawab", "menindaklanjuti", dsb. adalah anak kalimat yang mestinya diawali kata hubung seperti "untuk" atau "dengan". Tanpa kata hubung, kalimat semacam itu menjadi tidak gramatikal. Perbaikan: Untuk menjawab surat ..., kami sampaikan ...

Klitik "-nya" pada "atas perhatiannya" tidak jelas merujuk kepada siapa dan mesti diganti dengan acuan spesifik seperti "Bapak/Ibu/Saudara". Perbaikan: Atas perhatian Bapak/Ibu/Saudara ....

Konstruksi pasif "diucapkan terima kasih" mestinya "terima kasih diucapkan (oleh ...)". Perbaikan (konstruksi aktif): Kami (meng)ucapkan terima kasih. "Mengucapkan" tidak hanya "melafalkan", tetapi juga "menyatakan". Kata ini bisa dipakai untuk pernyataan tertulis.

Kata "demikian" pada "demikian atas ..." nirfaedah karena tidak memberikan informasi tambahan apa pun. Kalimat "Demikian yang dapat kami sampaikan" itu pun nirguna karena semua surat dibuat untuk disampaikan. Buang saja.

   

Jumat, 05 April 2019

Ragam penulisan kata bentuk terikat

Ivan Lanin 05:38 WIB - Senin, 05 Desember 2016

Kata bentuk terikat memang harus digabung, tapi ada pengecualian.


Dalam kaidah bahasa Indonesia, dikenal apa yang dinamakan dengan kata bentuk terikat. Jenis kata ini, penulisannya selalu digabungkan dengan kata berikutnya, misalnya kata antar- yang ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; antardaerah.

Ada banyak contoh kata bentuk terikat, di antaranya adipati, dwiwarna, paripurna, aerodinamika, ekapaksi, poligami, ekstrakurikuler, atau pramuniaga. Bentuk terikat antar- ini lazim digunakan sebagai terjemahan bentuk terikat inter- dalam bahasa Inggris, seperti dalam interracial = antar-ras.

Tanda hubung (-) dapat diberikan jika dianggap perlu untuk menegaskan pertalian, misalnya antar-daerah. Tanda hubung ini juga digunakan jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital. Misalnya: non-Indonesia; pan-Afrikanisme; pro-Barat.

Terdapat beberapa catatan dalam bentuk terikat. Misalnya pada kata maha, bila merujuk kepada Tuhan yang diikuti oleh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur-unsurnya dimulai dengan huruf kapital. Misalnya kata maha yang diikuti pengasih (kata dasar: kasih), begitu pula bila diikuti kata pengampun (kata dasar: ampun).
  • Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
  • Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
Namun bila kata maha--sebagai unsur gabungan--merujuk kepada Tuhan tetapi diikuti oleh kata dasar, gabungan itu ditulis serangkai. Misalnya kata maha yang diikuti kata kuasa (kata dasar: kuasa). Karena kata maha diikuti dengan kata dasar, penulisannya tetap serangkai. Aturan ini dikecualikan untuk kata esa.
  • Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
  • Mudah mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Ada kalanya kata yang berbentuk terikat bisa berdiri sendiri, dan dapat digunakan sebagai bentuk dasar. Terutama serapan dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti. Misalnya:
  • Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra.
  • Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.
Catatan lain, kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan. Penulisannya serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, misalnya: taklaik terbang; taktembus cahaya. Namun ditulis terpisah jika diikuti bentuk berimbuhan; tak bersuara; tak terpisahkan. Begitu pula apabila tidak membentuk peristilahan, misalnya tak bisa, tak lagi.

Bentuk terikat menurut KBBI: