Proyek Penulisan dan Penerbitan Puisi Anak

Yuk nulis puisi untuk anak-anak kita.

Proyek Penulisan dan Penerbitan Cerpen

Terbitkan cerpen Anda jadi buku ber-ISBN

Proyek Penerbitan Cerpen Anak

Anak-anak pun perlu bacaan yang baik. Yuk nulis dan nerbitkan cerita pendek untuk anak.

Karyatunggalkan Puisimu!

Yuk terbitkan puisinya dalam buku karya tunggal

Terbitkan 5 Puisi

Punya 5 puisi? Yuk terbitin bareng-bareng jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 500 Puisi Akrostik

Terbitkan puisi akrostikmu jadi buku 500 AKROSTIK ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman Inspiratif Pendek Guru

Tuliskan pengalaman inspiratif Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman LUCU Guru

Tuliskan pengalaman LUCU Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan best practices Anda jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan artikel pendidikan Anda jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 5000 Pantun Pendidikan

Terbitkan pantun pendidikan dalam 5000 PANTUN PENDIDIKAN

Rabu, 22 Februari 2017

Kapan "di" dan "ke" ditulis terpisah dan kapan digabung?

Sebagai kata depan, "di" dan "ke" ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. Sedangkan sebagai awalan, "di" dan "ke" ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contohnya adalah:

kata depanawalan
di sinidisimpan
di atasdiantar
di pinggirdipinjam
di pantaidipantau
di bawahdibawa

ke depanketua
ke depankekasih
ke ataskedua (tingkat/urutan)
ke rumahketiga (tinmgkat/urutan)
ke belakangkeempat (kumpulan)
ke kampungkelima (kelompok)
Kapan "di" dan "ke" ditulis terpisah dan kapan digabung?


Bagaimana membedakan kapan "di" digunakan sebagai kata depan, dan kapan "di" digunakan sebagai awalan?

Kadang-kadang orang merasa bingung saat membedakan kata depan dan awalan. Misalnya, bentuk di pada di atas termasuk kata depan atau awalan? Sekurang-kurangnya ada dua cara untuk mentukan apakah bentuk di tersebut masuk kata depan atau awalan. Pertama, kata depan di mempunyai pasangan ke dan dari. Kedua, kata depan di tidak dapat dilawankan dengan meng-. Ambillah contoh kata di atas tadi! Selain di atas, ada pula ke atas, dan dari atas. Bentuk di atas juga tidak dapat dilawankan dengan mengatas. Hal itu berarti bahwa di pada di atas termasuk kata depan. Oleh karena itu, kata di atas ditulis terpisah. Di bawah ini diberikan beberapa contoh lain.

di lantaidi negara lain
ke lantaike negara lain
dari lantaidari negara lain
di tengahdi persimpangan jalan
ke tengahke persimpangan jalan
dari tengahdari persimpangan jalan
di ujung jalandi sejumlah daerah
ke ujung jalanke sejumlah daerah
dari ujung jalandari sejumlah daerah

Bagaimana dengan kata keluar? Kata keluar ditulis terpisah atau serangkai? Kata keluar dibedakan menjadi dua macam. Selain ke luar, kita temukan pula di luar dan dari luar. Hal itu berarti bahwa kata ke luar itu merupakan kata depan sehingga harus ditulis terpisah.
Namun, ada juga keluar yang ditulis serangkai. Kata keluar yang kedua ini merupakan lawan masuk. Jadi, kata keluar yang kedua ini merupakan kata kerja, bukan kata depan atau kelompok kata kata-depan. Oleh karena itu, penulisannya diserangkaikan. Perhatikan kalimat di bawah ini secara saksama!

1) Presiden RI akan berkunjung ke luar negeri.
2) Hati-hati keluar masuk kendaraan proyek.


Kata ke luar pada kalimat (1) merupakan kata depan. Kelompok kata ke luar negeri itu dapat disandingkan dengan di luar negeri dan dari luar negeri.

Bandingkan kalimat di bawah ini!

1) Presiden RI akan berkunjung ke luar negeri.
1a) Presiden RI akan berada di luar negeri selama satu minggu.
1b) Presiden RI akan kembali dari luar negeri minggu depan.


Namun, kata keluar pada kalimat (2) bukan merupakan kata depan karena lawannya masuk. Kalimat (2) tidak dapat dibuat variasinya seperti kalimat (1). Perhatikan baik-baik kalimat berikut.\

2) Hati-hati ke luar masuk* kendaraan proyek.
2a) Hati-hati di luar masuk* kendaraan proyek. (tidak bisa)
2b) Hati-hati dari luar masuk* kendaraan proyek. (tidak bisa)

Jika kalimat (2a) dan (2b) dirasa mungkin, artinya sudah berbeda jauh atau bukan merupakan pasangannya. Oleh karena itu, kata keluar seperti pada kalimat (2) ditulis serangkai.

Kata ke samping termasuk kata depan karena kita temukan pula di samping dan dari samping. Namun, kata ke samping dapat berubah menjadi kata kerja setelah diberi imbuhan meng-…-kan. Oleh karena itu, mengesampingkan ditulis serangkai. Begitu pula kata ke tengah dan ke depan. Kedua kata itu juga tegolong kata depan sehingga ditulis terpisah. Akan tetapi, setelah mendapat imbuhan meng-…-kan, kedua kata itu ditulis serangkan karena statusnya berubah menjadi kata kerja, bukan lagi sebagai kata depan. Perhatikan kalimat berikut.

1) Dia membawa sepedanya ke samping rumah.
2) Sekarang mereka pergi ke samping gedung tingkat itu.
3) Kita tidak dapat mengesampingkan dari dari mereka.
4) Banyak orang sering mengesampingkan nasihat orang tuanya.


Baca juga:
... di ... sebagai Awalan atau Kata Depan (Preposisi)
Kata Depan di, ke, dan dari
Di mana, yang mana
Bagaimanakah pemakaian ini, itu dan begini, begitu?


Selasa, 07 Februari 2017

Penulisan Kata Gabungan: Serangkai atau Terpisah

Penulisan Kata Gabungan: serangkai atau dipisah

Perhatikan kalimat berikut!


1) Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan bahasa) bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri.
2) Kami beritahukan kepada seluruh pegawai bahwa upacara besok pagi dimulai pukul 07.00.
3) Semua pegawai harus bertanggungjawab terhadap tugas yang diemban.
4) Penandatangan surat resmi sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan.
5) Kita tidak boleh menyama ratakan kemampuan pegawai di kantor kita.
6) Pemerintah tidak boleh menganak tirikan wilayah terpencil dalam pelaksanaan pembangunan.


Penulisan kata bekerjasama seperti pada kalimat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan bahasa) bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri tidak benar. Tulisan seperti itu masih banyak ditemukan dalam berbagai jenis tulisan.

Ada dua hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan penulisan kata bekerjasama di atas, yaitu
(1) kaidah penulisan gabungan kata dan
(2) kaidah penulisan gabungan kata berimbuhan.
Di bawah ini penjelasannya satu per satu.

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan telah mengatur penulisan gabungan kata. Dalam pedoman itu dinyatakan bahwa unsur terikat atau unsur yang tidak dapat berdiri sendiri ditulis serangkai. Di bawah ini diberikan beberapa contohnya.

BenarSalah
antarkantor antar kantor/antar-kantor
antarpegawai antarpegawai/ antar-pegawai
tunakaryatuna karya
tunawismatuna wisma
subbagiansub bagian
subtemasub tema
nonkolesterolnon kolesterol/ non-kolesterol
nonformalnon formal/ non-formal
mancanegaramanca negara
mancawarnamanca warna
narasumbernara sumber
narapidananara pidana
pascabanjirpasca banjir
pascasarjanapasca sarjana
saptapesonasapta pesona
saptadarmasaptadarma
semipermanensemi permanen
semiresmisemi resmi
multifungsimulti fungsi
multietnikmulti etnik
pramusajipramu saji
pramusiwipramu siwi
dwiwarnadwi warna
dwibahasadwi bahasa

Contoh-contoh di atas merupakan gabungan kata yang terdiri atas unsur terikat dan unsur tidak terikat. Kata-kata yang dicetak miring adalah unsur terikat, sedangkan katakata yang tidak dicetak miring bukan unsur terikat. Di atas juga sudah dinyatakan bahwa unsur terikat ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya.

Jika masing-masing kata dapat diberi imbuhan maka kedua kata ditulis terpisah.

Bagaimana dengan gabungan kata kerja sama seperti bekerjasama Gabungan kata itu terdiri atas
dua unsur atau dua kata yang tidak terikat. Oleh karena itu, tulisannya dipisah. Contoh lain adalah sebagai berikut.

BenarSalah
tanda tangantandatangan
tanda matatandamata
rumah tanggarumahtangga
rumah sakitrumahsakit
orang tuaorangtua
orang kotaorangkota
mata acaramataacara
mata airmataair
meja tulismejatulis
meja makanmejamakan
kaki tangankakitangan
kaki tangankakitangan
kaki limakakilima

Ada sejumlah gabungan kata yang mungkin dapat menimbulkan keraguan. Apakah gabungan kata itu ditulis terpisah atau harus serangkai? Gabungan kata seperti uji coba, uji petik, uji tera, daya cipta, daya serap, dan daya pikir harus ditulis serangkai atau terpisah?

Untuk menentukan gabungan kata seperti itu ditulis terpisah atau serangkai, dapat ditambahkan imbuhan pada setiap unsur gabungan kata itu. Jika masing-masing dapat diberi imbuhan, gabungan kata itu ditulis terpisah. Untuk kata uji dan coba, masing-masing dapat diberi imbuhan. Dari kata uji dapat dibentuk menjadi diuji, menguji, pengujan, penguji, dan ujian. Dari kata coba dapat dibentuk kata dicoba, mencoba, percobaan, pencoba, dan cobaan.

Contoh lain adalah daya cipta. Dari kata daya dapat dibentuk kata berdaya,memberdayakan, pemberdayaan dan teperdaya. Dari kata cipta dapat dibentuk menjadi diciptakan, menciptakan, penciptaan, tercipta, dan ciptaan.

Oleh karena itu, gabungan kata uji coba dan daya cipta ditulis terpisah.

Dengan cara yang sama, dapat ditentukan bahwa gabungan kata uji petik, uji tera, daya cipta, daya serap, dan daya pikir ditulis terpisah.


Gabungan kata yang sudah dianggap padu.

Hal lain yang perlu diingat adalah bahwa ada sejumlah gabungan kata yang sudah dianggap padu. Gabungan kata itu harus ditulis serangkai. Berikut ini gabungan kata yang sudah dianggap padu.

acapkaliadakalanya
barangkalibilamana
beasiswabelasungkawa
bumiputradaripada
darmabaktidarmawisata
dukacitahalalbihalal
hulubalangkacamata
manakalamanasuka
matahariolahraga
puspawarnasaptamarga
saputangansegitiga
sukacitasukarela
sukaria


Gabungan Kata Berimbuhan

Gabungan kata yang ditulis terpisah tetap ditulis terpisah jika hanya mendapatkan awalan atau akhiran

Kita kembali pada kata bekerja sama seperti pada kalimat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan bahasa) bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri di atas sekali lagi. Di atas sudah dijelaskan bahwa gabungan kata kerja sama harus ditulis terpisah. Lalu, bagaimana kalau gabungan kata hanya mendapat awalan? Gabungan kata bekerja sama ditulis terpisah atau serangkai?
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan juga telah diatur pengimbuhan
gabungan. Gabungan kata yang ditulis terpisah tetap terpisah jika hanya mendapat awalan atau akhiran. Di bawah ini diberikan beberapa contohnya.

BenarSalah
berpesta poraberpestapora
bertanda tanganbertandatangan
bekerja baktibekerjabakti
bertepuk tanganbertepuktangan
penanda tanganpenandatangan
penanggung jawabpenanggungjawab
penata busanapenatabusana
kerja samakankerjasamakan
tanda tanganitandatangani
kerja baktikankerjabaktikan
sebar luaskansebarluaskan
kerja baktikankerjabaktikan
bebas tugaskanbebastugaskan
uji cobakanujicobakan

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa gabungan kata berimbuhan bekerja sama harus ditulis terpisah. Dengan demikian, penulisan pada kalimat (1) di atas dapat diperbaiki menjadi seperti berikut.

1a) Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri.

Bagaimana dengan penulisan beritahukan pada kalimat Kami beritahukan kepada seluruh pegawai bahwa upacara besok pagi dimulai pukul 07.00 di atas? Gabungan kata beritahukan ditulis terpisah atau disambung?

Sebagaimana penentuan gabungan kata bekerja sama di atas, gabungan kata beritahukan juga dapat ditentukan dengan dua tahap, yaitu
(1) penentuan gabungan kata beri tahu dan
(2) penentuan gabungan kata yang mendapat awalan.

Gabungan kata beri tahu terdiri atas dua unsur: beri dan tahu. Kata beri dapat diberi imbuhan sehingga menjadi diberi, memberi, pemberian, dan berian. Kata tahu juga dapat diberi imbuhan sehingga menjadi diketahui, mengetahui, ketahuan, dan pengetahuan. Oleh karena itu, gabungan kata beri tahu ditulis terpisah. Selanjutnya, kaidah penulisan kata menentukan bahwa gabungan kata yang ditulis terpisah tetap dipisah jika hanya mendapat akhiran. Jadi, gabungan kata beri tahukan ditulis terpisah. Dengan demikian, penulisan gabungan kata beri tahukan pada kalimat (2) dapat diperbaikan menjadi seperti di bawah ini.

2a) Kami beri tahukan kepada seluruh pegawai bahwa upacara besok pagi dimulai pukul 07.00.

Kalimat (3) dan (4) di atas masing-masing berbunyi Semua pegawai harus bertanggungjawab terhadap tugas yang diemban dan Penandatangan surat resmi sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pada kedua kalimat itu terdapat gabungan kata bertanggungjawab dan penandatangan yang ditulis serangkai. Bagaimana menurut Anda? Benar atau salahkah penulisan itu? Penjelasannya sama dengan penjelasan penulisan gabungan kata bekerja sama di atas.

Gabungan kata bertanggung jawab yang bentuk dasarnya tanggung jawab. Baik kata tanggung maupun jawab sama-sama dapat diberi imbuhan. Dari kata tanggung dapat dibentuk kata ditanggung, menanggung, tanggungan, pertanggungan, dan tertanggung. Dari kata jawab dapat dibentuk kata dijawab, menjawab, jawaban, dan terjawab. Dengan demikian, gabungan kata tanggung jawab harus ditulis terpisah.

Gabungan kata penandatangan yang bentuk dasarnya tanda dan tangan. Baik kata tanda maupun tangan tergolong kata bebas atau tidak terikat. Oleh Karena itu, gabungan kata tu harus ditulis terpisah. Selanjutnya, dapat ditentukan bahwa kedua gabungan kata tersebut tetap ditulis terpisah. Jadi yang benar adalah bertanda tangan dan penanda tangan. Dengan demikian, kalimat (3) dan (4) di atas dapat diperbaiki menjadi seperti berikut.

3a) Semua pegawai harus bertanggung jawab terhadap tugas yang diemban.
4a) Penanda tangan surat resmi sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Gabungan kata yang ditulis terpisah ditulis serangkai jika mendapatkan awalan dan imbuhan.

Persoalan yang terkait dengan penulisan kata berimbuhan adalah penulisan kata berimbuhan menyama ratakan dan menganak tirikan seperti dalam kalimat berikut.

5) Kita tidak boleh menyama ratakan* kemampuan pegawai di kantor kita.
6) Pemerintah tidak boleh menganak tirikan* wilayah terpencil dalam pelaksanaan pembangunan.

Pada kedua kalimat di atas kata menyama ratakan dan menganak tirikan ditulis terpisah. Bagaimana menurut Anda? Betul kalau Anda menjawab salah. Seharusnya, kedua kata itu ditulis serangkai. Kaidahnya menyatakan bahwa gabungan kata yang semua terpisah ditulis serangkai jika gabungan kata itu mendapat awalan dan akhiran sekaligus. Beberapa contoh lainnya adalah sebagai berikut.

sebar luasmenyebarluaskan
serah terimamenyerahterimakan
ambil alihpengambilalihan
kambing hitammengambinghitamkan
nina bobokmeninabobokkan
tidak tahuketidaktahuan
tidak ramahketidakramahan
tidak sempurnaketidaksempurnaan
tidak nyamanketidaknyamanan
salah gunamenyalahgunakan
putus asakeputusasaan

Berdasarkan penjelasan di atas, gabungan kata menyama ratakan dan menganak tirikan yang bentuk dasarnya sama rata dan anak tiri harus ditulis serangkai. Dengan demikian, kalimat (5) dan (6) di atas dapat diperbaiki menjadi seperti berikut.

5a) Kita tidak boleh menyamaratakan kemampuan pegawai di kantor kita.
6a) Pemerintah tidak boleh menganaktirikan wilayah terpencil dalam pelaksanaan pembangunan.



Baca juga:
Kata Ulang dan Gabungan Kata
Penulisan Kata Turunan

 

Senin, 06 Februari 2017

Huruf Kapital dan Kata yang Menyatakan Hubungan Kekerabatan

Di bawah ini dikemukakan beberapa contoh kalimat yang mengandung kesalahan penggunaan huruf kapital.

9) Seorang Ayah mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap ekonomi keluarganya. 
10) Kata Adik,“Besok ayah pulang dari luar kota, Bu.”

Kata yang dicetak miring dalam kalimat tersebut adalah kata yang bermasalah jika dilihat dari segi penggunaan huruf. Berikut penjelasannya satu per satu.

Persoalan yang juga sering muncul yang terkait dengan penggunaan huruf kapital adalah penggunaan huruf kapital untuk kata yang menyatakan hubungan kekerabatan yang dipakai sebagai sapaan dan sebagai pengacuan.
Contoh kesalahannya terlihat pada kalimat (9) dan (10) di atas. Kalimat (9) di atas berbunyi Seorang Ayah mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap ekonomi keluarganya. Kalimat (10) berbunyi Kata Adik,“Besok ayah pulang dari luar kota, Bu.”

Kata ayah memang termasuk kata yang menyatakan hubungan kekerabatan, tetapi tidak semua kata yang menyatakan hubungan kekerabatan ditulis dengan huruf kapital. Kata yang menyatakan hubungan kekerabatan, seperti saudara, adik, kakak, ibu, bapak, nenek, dan kakek, yang ditulis dengan huruf awal kapital adalah yang digunakan sebagai sapaan atau sebagai pengacuan. Kita perhatikan kalimat di bawah ini.

1) Surat Saudara/Bapak sudah saya terima minggu yang lalu.
2) Dalam acara itu rencananya Ibu dimohon memberikan sambutan.
3) Kalau tidak salah, Kakek akan ke Jakarta, ya Dik?
4) Saat memberikan uang itu, Ibu tidak bilang apa-apa, Kak.

5) Dia mempunyai lima orang saudara yang tinggal di kampung.
6) Sudah lama dia berpisah dengan bapak dan ibunya karena belajar di luar negeri.


Kata saudara atau bapak pada kalimat (1) harus ditulis dengan huruf awal kapital karena kedua kata itu termasuk kata yang menyatakan hubungan kekerabatan dan digunakan sebagai sapaan. Begitu pula kata ibu pada kalimat (2). Adapun kata kakek dan ibu pada kalimat (3) dan (4) memang tidak digunakan sebagai sapaan, tetapi digunakan sebagai pengacuan. Istilah pengacuan yang digunakan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kurang dapat disamakan dengan sapaan tidak langsung. Berbeda halnya dengan kata saudara serta bapak dan ibunya pada kalimat (5) dan (6). Dalam kalimat itu kata saudara serta bapak dan ibunya tidak digunakan sebagai sapaan dan tidak pula digunakan sebagai pengacuan. Oleh karena itu, kedua kata tersebut ditulis dengan huruf kecil.

Berdasarkan penjelasan di atas, kalimat contoh kasus (9)—(10) dapat diperbaiki menjadi seperti di bawah ini.

9a) Seorang ayah mempunyi tanggung jawab yang besar terhadap ekonomi keluarganya.
10a) Kata Adik, “Besok Ayah pulang dari luar kota, Bu.”



Huruf Kapital dan Kata yang Menyatakan Hubungan Kekerabatan


Baca juga:
Huruf Kapital atau Huruf Besar
Penggunaan Huruf Kapital untuk Nama Geografi
Huruf Kapital untuk Nama Gelar dan Jabatan
Penulisan judul: huruf kecil dan besar
Pemakaian Huruf Kapital untuk Nama Jenis dan Bedanya dengan Nama Geografi
Pemakaian Huruf Kapital untuk Nama Diri
Huruf Kapital dan Kata yang Menyatakan Hubungan Kekerabatan

Huruf Kapital untuk Nama Gelar dan Jabatan

Gelar dan Jabatan
Huruf Kapital untuk Nama Gelar dan Jabatan

Di bawah ini dikemukakan beberapa contoh kalimat yang mengandung kesalahan penggunaan huruf kapital.

1) Gelar Sarjana Hukum (S.H.) sudah diperoleh dua tahun yang lalu.
2) Dalam rapat nasional itu hadir para Gubernur dan Bupati/Wali Kota seluruh Indonesia.
3) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu yang lalu mengahadiri sidang tahunan PBB itu. Dalam kesempatan itu presiden menekankan pentingnya kedaulatan setiap negara dalam mengatasi persoalan dalam negeri.


Kata atau kelompok kata yang dicetak miring dalam kalimat tersebut adalah kata atau kelompok kata yang bermasalah jika dilihat dari segi penggunaan huruf. Berikut penjelasannya satu per satu.

Penggunaan huruf kapital Sarjana Hukum (S.H.) pada kalimat (1) tidak benar karena gelar akademik tidak didahului nama orang. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dinyatakan bahwa gelar akademik ditulis dengan huruf awal kapital jika diikuti atau didahului nama orang. Kita perhatikan contoh di bawah ini!

SalahBenar
Sarjana Ekonomi (S.E.)sarjana ekonomi (S.E.)
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)sarjana pendidikan (S.Pd.)
Insinyur (Ir.)insinyur (Ir.)
Doktor (Dr.)doktor (Dr.)
Ahmad, sarjana ekonomiAhmad, Sarjana Ekonomi
Yoga, sarjana pendidikanYoga, Sarjana Pendidikan
insinyur Stevanus WanggaInsinyur Stevanus Wangga
doktor KusumastutiDoktor Kusumastuti


Penulisan nama jabatan gubernur, bupati, dan wali kota yang diawali dengan huruf kapital seperti dalam kalimat Dalam rapat nasional itu hadir para Gubernur dan Bupati/Wali Kota seluruh Indonesia tidak benar.

Alasannya ada dua, yaitu
(1) nama jabatan itu tidak diikuti nama orang, instansi, atau tempat dan
(2) nama jabatan itu bukan pengganti nama orang tertentu. hal itu sesuai dengan aturan yang ada dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Kita perhatikan contoh di bawah ini!

SalahBenar
Camatcamat
Lurahlurah
Bupatibupati
Wali Kotawali kota
Direkturdirektur
Sekretaris Jenderalsekretaris jenderal
Menterimenteri
Presidenpresiden
Rektorrektor
camat PulogadungCamat Pulogadung
lurah Lubang BuayaLurah Lubang Buaya
bupati SolokBupati Solok
wali kota SurakartaWali Kota Surakarta
direkur STANDirekur STAN
menteri keuangan RI Menteri Keuangan RI
presiden SoekarnoPresiden Soekarno
rektor UGMRektor UGM


Nama jabatan yang tidak diikuti nama orang, instansi, atau tempat ditulis dengan huruf awal kapital jika nama jabatan itu dapat dipastikan sebagai pengganti nama orang tertentu. Kata presiden yang ditulis dengan huruf tebal pada kalimat berikut ditulis dengan huruf awal kapital.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu yang lalu mengahadiri sidang tahunan PBB. Dalam kesempatan itu Presiden menekankan pentingnya kedaulatan setiap negara dalam mengatasi persoalan dalam negeri. 

Dalam kalimat itu dapat dipastikan bahwa kata presiden yang dicetak tebal tersebut adalah Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono. Oleh karena itu, kata presiden tersebut ditulis dengan huruf awal kapital.



Baca juga kaidah penggunaan huruf kapital dalam artikel yang lain:
Huruf Kapital atau Huruf Besar
Penggunaan Huruf Kapital untuk Nama Geografi
Huruf Kapital untuk Nama Gelar dan Jabatan
Penulisan judul: huruf kecil dan besar
Pemakaian Huruf Kapital untuk Nama Jenis dan Bedanya dengan Nama Geografi
Pemakaian Huruf Kapital untuk Nama Diri
Huruf Kapital dan Kata yang Menyatakan Hubungan Kekerabatan

Pemakaian Huruf Kapital untuk Nama Jenis dan Bedanya dengan Nama Geografi

Pemakaian Huruf Kapital untuk Nama Jenis dan Bedanya dengan Nama Geografi

Di bawah ini dikemukakan beberapa contoh kalimat yang mengandung kesalahan penggunaan huruf kapital.


7) Kita dapat membeli jeruk Bali di pasar tradisional.
8) Harga batik solo di Pasar Tanah Abang Jakarta sangat bervariasi.


Kata atau kelompok kata yang dicetak miring dalam kalimat tersebut adalah kata atau kelompok kata yang bermasalah jika dilihat dari segi penggunaan huruf. Berikut penjelasannya satu per satu.


Nama Jenis

6) Banyak turis mancanegara yang berkunjung ke pulau Bali pada perayaan tahun baru.
7) Kita dapat membeli jeruk Bali di pasar tradisional.


Nama geografi yang menjadi bagian nama jenis ditulis dengan huruf kecil. Kata bali pada kalimat Kita dapat membeli jeruk Bali di pasar tradisional (kalimat 6) seharusnya ditulis dengan huruf kecil. Jadi, kalimat (6) yang benar adalah Kita dapat membeli jeruk bali di pasar tradisional. Sebaliknya, kata solo pada batik Solo seperti dalam kalimat (7) seharusnya ditulis dengan huruf awal kapital. Jadi, kalimat (7) di atas dapat diperbaiki menjadi Harga batik Solo di Pasar Tanah Abang Jakarta sangat bervariasi.

Barangkali muncul pertanyaan bagaimana menentukan nama geografi yang menjadi bagian nama jenis. Nama jenis yang mengandung nama geografi dapat dipilah menjadi dua, yaitu nama jenis yang tergolong ke dalam ilmu biologi dan nama jenis yang tidak tergolong ke dalam ilmu biologi. Dalam ilmu biologi nama jenis atau spesies tanaman memiliki nama Latinnya. Artinya, untuk mengetahui nama jenis atu bukan kita dapat melihat nama Latinnya. Jadi, nama tanaman yang ada nama Latinnya termasuk nama jenis. Oleh karena itu, nama jenis tersebut ditulis dengan huruf kecil semua walaupun mengandung nama geografi.

Di bawah ini beberapa contoh nama jenis yang tergolong ke dalam ilmu biologi.
kacang bogor (Voandzeia subterranean)
kacang dieng (Vicia faba)
jeruk bali (Citrus maxima)
jeruk garut (Citrus grandis)
terung bali (Solanum cyphopersicum)
terung belanda (Cyphonandra betacea)


Pada mulanya kata seperi bogor, dieng, bali, garut, dan belanda adalah nama geografi. Oleh karena itu, ditulis dengan huruf kapital. Namun, setelah menjadi bagian nama jenis, kata-kata tersebut ditulis dengan huruf kecil.

Bagaimana dengan nama jenis yang tidak termasuk ilmu biologi. Nama jenis, baik yang termasuk dalam ilmu biologi maupun tidak, dapat disejajarkan dengan jenis yang lain dalam kelompoknya. Jadi, nama jenis yang termasuk ilmu biologi dapat ditentukan dengan mengetahui nama Latinnya dan dapat pula disejajarkan dengan jenis lain dalam kelompoknya. Untuk nama jenis yang tidak termasuk ilmu biologi dapat diketahui dengan menyejajarkannya dengan jenis yang lain dalam kelompoknya.

Kita perhatikan contoh di bawah ini.
gula jawatahu sumedangkacang bogorjeruk bali
gula pasirtahu takwakacang medejeruk nipis
gula arentahu isikacang panjangjeruk limau
gula tebutahu bacemkacang polongjeruk keprok
gula anggurtahu campurkacang hijaujeruk purut
gula tetestahu guntingkacang karajeruk mansi
gula kelapatahu kupatkacang buncisjeruk sambal

Bagaimana dengan batik solo atau soto betawi? Kata Solo dan Betawi ditulis dengan huruf awal kapital atau huruf kecil? Batik solo atau soto betawi bukan nama jenis karena keduanya tidak dapat disejajarkan dengan jenis lain, tetapi dapat disejajarkan dengan nama geografi yang lain. Berikut diberikut contoh nama geografi yang tidak menjadi nama jenis dan nama geografi yang menjadi bagian nama jenis.

Nama Geografi
batik Solosoto Solobatik Pekalongansoto Lamongan
batik Yogyakartasoto Kudusbatik Jambisoto Betawi
batik Madurasoto Padangbatik Papuasoto Banjar
batik Cirebonsoto Bogorbatik Betawisoto Bandung

Nama Jenis
batik tulissoto ayambatik cap
soto dagingbatik sablonsoto mi
batik luriksoto sulungbatik truntum
soto babatbatik lerengsoto kikil
batik sidomuktibatik parang rusak



Baca juga kaidah penggunaan huruf kapital dalam artikel yang lain:
Huruf Kapital atau Huruf Besar
Penggunaan Huruf Kapital untuk Nama Geografi
Huruf Kapital untuk Nama Gelar dan Jabatan
Penulisan judul: huruf kecil dan besar
Pemakaian Huruf Kapital untuk Nama Jenis dan Bedanya dengan Nama Geografi
Pemakaian Huruf Kapital untuk Nama Diri
Huruf Kapital dan Kata yang Menyatakan Hubungan Kekerabatan

Penggunaan Huruf Kapital untuk Nama Geografi

Nama Geografi
Penggunaan Huruf Kapitan untuk Nama Geografi

Di bawah ini dikemukakan beberapa contoh kalimat yang mengandung kesalahan penggunaan huruf kapital.

4) Setiap hari Jumat ada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas itu.
5) Sudah lima tahun yang lalu mereka tinggal di jalan Jenderal Sudirman.

6) Banyak turis mancanegara yang berkunjung ke pulau Bali pada perayaan tahun baru.

Kata atau kelompok kata yang dicetak miring dalam kalimat tersebut adalah kata atau kelompok kata yang bermasalah jika dilihat dari segi penggunaan huruf. Berikut penjelasannya satu per satu.


Salah satu kaidah penggunaan huruf kapital adalah bahwa huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Di bawah ini beberapa contohnya.

SalahBenar
Negara Indonesianegara Indonesia
Negara Saudi Arabianegara Saudi Arabia
Suku Danisuku Dani
Suku Madurasuku Madura
Bahasa Indonesiabahasa Indonesia
Bahasa Bugisbahasa Bugis

Akan tetapi, kata bahasa dalam kalimat

Setiap hari Jumat ada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas itu 

yang ditulis dengan huruf awal huruf kecil tidak benar karena nama mata pelajarannya adalah Bahasa Indonesia, bukan Indonesia. Apa nama mata pelajarannya? Jawabnya adalah Bahasa Indonesia, bukan Indonesia.
Oleh karena itu, kata bahasa pada nama mata pelajaran itu ditulis dengan huruf awal kapital, yaitu Bahasa Indonesia.

Penulisan alamat yang menggunakan nama jalan sering salah. Yang sering diragukan adalah penulisan kata jalan. Apakah kata jalan itu termasuk bagian nama jalan tersebut atau bukan? Itu pertanyaannya. Kata jalan pada kalimat

Sudah lima tahun yang lalu mereka tinggal di jalan Jenderal Sudirman.

sudah benar atau seharusnya diawali dengan huruf kapital? Ilustrasi berikut dapat memjelaskan keraguan itu.

Di Jakarta Pusat ada tempat yang sangat dikenal oleh para penggemar barang antik. Wilayah itu diberi nama Jalan Surabaya. Jika ada orang yang bertanya di mana tempat orang menjual barang antik di Jakarta Pusat, jawabnya adalah Jalan Surabaya. Jawabannya bukan di Surabaya karena kalau jawaban terakhir itu nama ibu kota Jawa Timur. Hal itu berarti bahwa nama jalan tersebut adalah Jalan Surabaya, bukan Surabaya.
Dengan kata lain, kata jalan pada Jalan Surabaya menjadi bagian nama jalan. Oleh karena itu, kata jalan pada Jalan Surabaya ditulis dengan huruf awal kapital.

Sebagai tambahan, ada juga beberapa nama jalan di Jakarta yang hanya menggunakan satu huruf, yaitu Jalan O atau Jalan G. Orang tidak pernah mengatakan, “Ia tinggal di O atau Ia tinggal di J.” Namun, orang akan mengatakan, “Ia tinggal di Jalan O atau Ia tinggal di Jalan J.” Hal itu berarti bahwa kata jalan menjadi bagian nama jalan tersebut. Oleh karena itu, kata jalan pada Jalan O dan Jalan G ditulis dengan huruf awal kapital.

Dengan demikian, kalinat di atas harus diperbaiki menjadi

Sudah lima tahun yang lalu mereka tinggal di Jalan Jenderal Sudirman.

Kalimat (5), (6), dan (7) di atas merupakan contoh persoalan yang masih terkait. Kalimat (5) yang berbunyi Banyak turis mancanegara yang berkunjung ke pulau Bali pada perayaan tahun baru terkait dengan penulisan nama geografi. Dalam kalimat itu kata pulau ditulis dengan huruf awal kecil. Seharusnya, kata pulau pada pulau Bali ditulis dengan huruf awal kapital. Kata-kata seperti pulau, sungai, danau, bukit, gunung, selat, teluk, dan laut ditulis dengan huruf awal kapital jika menjadi bagian nama geografi. Di bawah ini beberapa contohnya.

SalahBenar
pulau BidadariPulau Bidadari
sungai MusiSungai Musi
danau TobaDanau Toba
bukit BarisanBukit Barisan
gunung SlametGunung Slamet
teluk BunakenTeluk Bunaken
laut MerahLaut Merah


Kata-kata seperti pulau, sungai, dan danau pada kalimat di bawah ini ditulis dengan huruf kecil.

1) Banyak pulau di negara kita yang belum berpenghuni.
2) Saat ini sungai di Jakarta tidak lagi menjadi sarana transportasi.
3) Di wilayah terpencil itu keberadaan sebuah danau sangat penting bagi kehidupan masyarakat.



Baca juga kaidah penggunaan huruf kapital dalam artikel yang lain:
Huruf Kapital atau Huruf Besar
Penggunaan Huruf Kapital untuk Nama Geografi
Huruf Kapital untuk Nama Gelar dan Jabatan
Penulisan judul: huruf kecil dan besar
Pemakaian Huruf Kapital untuk Nama Jenis dan Bedanya dengan Nama Geografi
Pemakaian Huruf Kapital untuk Nama Diri
Huruf Kapital dan Kata yang Menyatakan Hubungan Kekerabatan

Pemakaian Huruf Kapital untuk Nama Diri

Pemakaian Huruf Kapital untuk Nama Diri
Pemakaian huruf kapital sudah diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Sekilas kaidah-kaidah itu tampak sederhana. Namun, jika kita cermati, persoalannya tidak semudah yang kita bayangkan.

Salah satu persoalan yang boleh dikatakan tidak sederhana adalah penulisan nama diri dan bukan nama diri. Lalu, apa yang dimaksud nama diri? Jika kita buka KBBI, kita dapati bahwa nama diri berarti "nama yang dipakai untuk menyebut diri seseorang, benda, tempat tertentu, dan sebagainya".
Dalam makna itu terdapat kata tertentu yang dapat pula diartikan "sudah pasti". Dengan kata lain, dapat dinyatakan bahwa nama diri itu sudah pasti atau satu-satunya atau tidak ada yang lain.

Contohnya adalah penulisan sekolah dasar atau perguruan tinggi. Kebanyakan orang cenderung menulis jenjang pendidikan itu dengan huruf awal kapital. Padahal, keduanya bukan nama diri. Marilah kita perhatikan contoh pemakaianya dalam kalimat berikut!

1) Mereka adalah siswa sekolah dasar (SD) se-Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.
2) Kebanyakan karyawan kantor itu adalah tamatan perguruan tinggi negeri (PTN).


Pada contoh di atas terdapat dua jenjang pendidikan, yaitu sekolah dasar dan perguruan tinggi
negeri.
Kedua jenjang pendidikan itu bukan bagian nama diri. Oleh karena itu, huruf kapital tidak digunakan.

Bandingkan dengan kalimat berikut!

3) Mereka adalah siswa Sekolah Dasar Negeri 03 Pagi Lubang Buaya, Jakarta Timur.
4) Para perwira di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia itu kebanyakan tamatan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian.


Di Indonesia, bahkan di dunia, nama Sekolah Dasar Negeri 03 Pagi Lubang Buaya, Jakarta Timur hanya satu-satunya. Nama Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian di Indonesia juga tidak ada duanya. Itulah yang disebut nama diri, dalam hal ini nama diri lembaga. Karena sekolah dasar negeri dan perguruan tinggi menjadi bagian nama diri, penulisan setiap awal kata menggunakan huruf kapital.



Untuk kaidah pemakaian huruf kapital yang lengkap silakan kunjungi tautan di bawah ini:
Huruf Kapital atau Huruf Besar
Penggunaan Huruf Kapital untuk Nama Geografi
Huruf Kapital untuk Nama Gelar dan Jabatan
Penulisan judul: huruf kecil dan besar
Pemakaian Huruf Kapital untuk Nama Jenis dan Bedanya dengan Nama Geografi
Pemakaian Huruf Kapital untuk Nama Diri
Huruf Kapital dan Kata yang Menyatakan Hubungan Kekerabatan

Kamis, 26 Januari 2017

Penulisan partikel "per" yang benar menurut Ejaan Bahasa Indonesia

penulisan partikel per yang benar menurut ejaan bahasa Indonesia

Pertama: per = tiap-tiap, setiap, demi, mulai
Kesalahan penulisan partikel per sering muncul karena tidak semua per ditulis terpisah. Per yang ditulis terpisah per yang mempunyai arti (1) tiap-tiap atau setiap, (2) demi, (3) mulai, dan (4) dengan (menggunakan).

Berikut contoh pemakaiannya dalam kalimat.
1) Harga kain itu Rp200.000,00 per meter.
2) Mahasiswa diminta keluar ruang kuliah satu per satu secara tertib.
3) Surat keputusan itu berlaku per Januari 2015.
4) Dia menghubungi saudaranya yang di kota per telepon.


Kedua: per = dibagi, dengan (menggunakan)
Selain per yang mengandung arti di atas, ada juga per yang mempunyai arti dibagi . Per yang mengandung dua arti itu ditulis serangkai.

Berikut contoh pemakaiannya dalam kalimat.
5) Dua pertiga penduduk kampung itu masih tergolong miskin.



Ketiga: per sebagai awalan
Ada pula per- yang bukan partikel, melainkan awalan. Karena merupakan awalan, per- ini ditulis serangkai.

Contohnya adalah sebagai berikut.
6) Perlebar gelaran tikarnya agar dapat memuat banyak tamu!
7) Sudah sepantasnya kalau kita pertuan kepada orang asing itu.

Imbuhan per- pada kalimat (6) berarti membuat jadi lebih lebar dan pada kalimat (7) berarti memanggil.


Baca juga:
Penulisan artikel "pun"
Partikel -lah, -kah, -tah, pun, per
Penulisan judul: huruf kecil dan besar
Kata Si dan Sang
Pemenggalan Kata
Apakah padanan untuk go public dan go international?
Ki-lo-gram ataukah ki-log-ram?

Rabu, 25 Januari 2017

Hati-hati dengan ejaan kata-kata ini

baku tidak baku/salah
akidah aqidah
alaikum salam-
asar ashar
assalamualaikum-
astagfirullah-
azan adzan
bakti bhakti
batin bathin
budi budhi
dakwahda’wah
darma dharma
doa do’a
duha dhuha
hadis hadits
imsak -
insyaallahinsya Allah
istigfar istighfar
istikamah istikomah/istiqomah
isyaisha
kalbuqalbu
magrib maghrib
mudaratmadarat
musalamusalla/mushala/mushola/musola
Ramadan Ramadhan
ridaridla/ridho/ridha
salat sholat/shalat/solat
subuh shubuh
takwataqwa
ustaz ustadz
ustazah ustadzah
wudu wudhu/wudlu
zuhur lohor/ zohor/ duhur/ dzuhur/ zhuhur



Baca juga:
Izin atau Ijin - Kata yang Sering Salah Eja
Beberapa Hal Penting Diperhatikan
Penulisan Kata yang Benar
Pemakaian Bentuk Kata yang Tepat
Kata Bahasa Indonesia

Gabungan Huruf Konsonan

Gabungan Huruf Konsonan
gabungan huruf konsonan bahasa Indonesia

Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

Contoh:
kh: khusus, akhir, tarikh
ngngarai, bangun, senang
ny: nyata, banyak
sy: syarat, musyawarah, arasy




Baca juga:
Huruf Kapital atau Huruf Besar
Penulisan judul: huruf kecil dan besar
Pemenggalan Kata
Singkatan dan Akronim
Pemakaian Huruf Miring
Angka dan Lambang
Huruf Diftong dalam Bahasa Indonesia


Huruf Diftong dalam Bahasa Indonesia

Huruf Diftong dalam Bahasa Indonesia
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkandengan gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi.

Contoh
ai: aileron, balairung, pandai
au: autodidak, taufik, harimau
ei: eigendom, geiser, survei
oi: boikot, amboi




Rabu, 18 Januari 2017

Pilihan Kata

pilihan kata yang tepat

Biasanya orang membuka kamus untuk mengetahui arti sebuah kata, cara menuliskannya, atau cara-cara melafalkannya. Akan tetapi, banyak juga orang yang menginginkan lebih dari itu. Mereka ingin menemukan kata tertentu untuk mengetahui pemakaiannya secara tepat.

Sudah barang tentu seorang pembicara atau seorang penulis akan memilih kata yang "terbaik" untuk mengungkapkan pesan yang akan disampaikannya. Pilihan kata yang "terbaik" adalah yang memenuhi syarat (1) tepat (mengungkapkan gagasan secara cermat), (2) benar (sesuai dengan kaidah kebahasaan), dan (3) lazim pemakaiannya.

Berikut ini adalah contoh pemilihan kata yang tidak tepat.

(1) Sidik tidak mau lagi mendengarkan kata-kata temannya yang sudah terbukti suka membual. la mengacuhkan janji-janji yang diobral temannya itu dan menganggapnya angin lalu. 
(2) Pingkan sangat senang mendengar kabar itu dan ia berkilah kepada teman-temannya dengan bangga "Ternyata saya lulus". 



Jika dilihat konteksnya, dalam kalimat (1) itu kata mengabaikan lebih tepat daripada mengacuhkan yang berarti ‘memperhatikan' dan pada kalimat (2) kata berkata lebih tepat daripada berkilah yang bermakna 'berdalih'. 

Pilihan kata yang tidak benar dapat dicontohkan seperti yang berikut ini. 

(3) Polisi telah berhasil menangkap pelaku pengrusakan gedung sekolah itu.

(4) Kedua remaja itu telah lama saling menyinta

Kata pengrusakan dan menyinta bukanlah kata yang terbentuk secara benar. Bentuk yang benar adalah perusakan dan mencinta.

Kata meninggal adalah kata yang baku di samping kata mati dan wafat. Akan tetapi, ketiganya memiliki kelaziman pemakaian masing-masing. Perhatikan pemakaiannya berikut ini. 

(5) Petugas rumah sakit menyerahkan surat kematian yang menerangkan bahwa ayah saya telah meninggal setelah operasi yang gagal itu. 

Dalam hal itu tentu tidak lazim digunakan istilah surat kemeninggalan atau surat kewafatan, padahal kalimat Ayah saya meninggal atau Ayah saya wafat lebih lazim dan takzim daripada Ayah saya mati.


Contoh yang lain berkenaan dengan kata agung, akbar, dan raya yang semuanya bermakna 'besar'. Makna 'besar' pada kata agung tidak berkenaan dengan fisik, melainkan dengan harkat, misalnya jaksa agung. Kata akbar bermakna besar luar biasa (mahabesar). Kata raya yang juga bermakna besar, hanya dipakai dalam hal-hal tertentu saja. Ada istilah jalan raya dan hari raya di samping jalan besar dan hari besar, tetapi tidak lazim dikatakan jalan agung, jalan akbar atau hari agung, hari akbar

Berkenan dengan kelaziman itu, pemakai bahasa memang perlu juga memperhatikan nilai rasa atau konotasi sebuah kata. Yang dimaksud dengan konotasi ialah tautan pikiran yang menerbitkan nilai rasa. Konotasi itu dapat bersifat pribadi dan bergantung pada pengalaman orang-seorang sehubungan dengan kata atau dengan gagasan yang diacu oleh kata itu. 

Salah satu contoh telah disinggung di atas. Di samping kata mati, ada kata meninggal, gugur, wafat, mangkat, dan tewas. Kata mati digunakan dengan pengertian yang netral dan tidak bernilai rasa hormat. Kata meninggal bernilai rasa hormat. Oleh sebab itu, hanya digunakan untuk manusia. Untuk para pahlawan atau orang-orang yang berjasa bagi negara yang meninggal sewaktu menjalankan tugas digunakan kata gugur. Kata wafat digunakan untuk orang yang kita hormati. Kata mangkat dianggap lebih takzim daripada wafat. Kata tewas digunakan secara netral untuk orang yang meninggal dalam suatu musibah. 

Ada orang yang menggunakan kata yang tidak lazim, misalnya kata yang berasal dari bahasa daerah, untuk menggantikan kata yang justru sudah lazim dalam bahasa Indonesia. Sekalipun dimaksudkan untuk mengungkapkan rasa hormat, tindakan itu berlebihan dan tidaklah bijaksana. Marilah kita perhatikan kalimat pada paragraf penutup surat kabar berikut ini. 

(6) Atas segala bantuan itu, saya ucapkan terima kasih.

(7) Atas kemudahan yang telah saya terima, saya sampaikan terima kasih. 

Pada dasarnya kedua kalimat di atas itu cukup takzim sehingga kita tidak perlu menggunakan kata haturkan, misalnya, untuk menggantikan ucapkan dan sampaikan

Selain ketiga hal di atas, keadaan kawan bicara juga perlu diperhatikan sehingga pesan yang akan disampaikan terpahami. Marilah kita perhatikan sebuah contoh pemilihan kata dalam sebuah sambutan pada suatu peresmian. 

(8) Saudara-saudara, atas nama Pemerintah, saya menyampaikan salut setinggi-tingginya atas partisipasi aktif yang Anda berikan dengan penuh dedikasi dan penuh antusias dalam menyelesaikan proyek irigasi ini sebagai salah satu kegiatan dari pilot proyek modernisasi dalam semua aspek kehidupan kita, baik mental maupun spiritual." 

Sekalipun pemilihan katanya sudah memenuhi syarat seperti yang diuraikan di atas, jika khalayak pendengarnya bukan golongan terpelajar dan tidak biasa dengan kata-kata yang digunakan itu, ada kemungkinan pesan tidak terpahami dengan baik. Penggunaan kata yang digali dari khazanah bahasa Indonesia lebih memungkinkan pemahamannya.
Jika hal itu akan dilakukan, berikut ini padanannya dalam bahasa Indonesia. 

salut : hormat, penghormatan
partisipasi : peran serta
dedikasi: pengabdian (pengorbanan tenaga dan waktu untuk keberhasilan suatu usaha atau tujuan mulia)
antusias : bersemangat
irigasi : pengairan (cara pengaturan pembagian air untuk sawah)
pilot proyek : proyek perintis, percontohan

Pada hakikatnya, memilih kata secara baik merupakan upaya agar pesan yang hendak disampaikan dapat diterima secara tepat.


Baca juga:
Melihat, memandang, menatap, mengamati, menonton, menyaksikan, mengawasi, meninjau
Pemakaian Kata Dadah dan Berdadah
Penggunaan Kata Dengan
Makna Kata Pekerjaan, Profesi, dan Jabatan
Makna Kata Pemandangan Umum dan Pandangan Umum
Kata Sekarang dan Kini
Pemakaian Kata Sebentar, Sejenak, Sekejap, Sekilas, Sepintas, dan Sejurus
Makna Kata Hijrah dan Hijriah
Makna Kata Acuh dan Tayang
Makna Kata Kilah dan Tukas
Kata Ranking dan Langganan