Proyek Penulisan dan Penerbitan Puisi Anak

Yuk nulis puisi untuk anak-anak kita.

Proyek Penulisan dan Penerbitan Cerpen

Terbitkan cerpen Anda jadi buku ber-ISBN

Proyek Penerbitan Cerpen Anak

Anak-anak pun perlu bacaan yang baik. Yuk nulis dan nerbitkan cerita pendek untuk anak.

Karyatunggalkan Puisimu!

Yuk terbitkan puisinya dalam buku karya tunggal

Terbitkan 5 Puisi

Punya 5 puisi? Yuk terbitin bareng-bareng jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 500 Puisi Akrostik

Terbitkan puisi akrostikmu jadi buku 500 AKROSTIK ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman Inspiratif Pendek Guru

Tuliskan pengalaman inspiratif Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Kisah Pengalaman LUCU Guru

Tuliskan pengalaman LUCU Anda sebagai guru dan terbitkan jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan best practices Anda jadi buku ber-ISBN.

Proyek Penerbitan Best Practices

Terbitkan artikel pendidikan Anda jadi buku ber-ISBN.

Penerbitan 5000 Pantun Pendidikan

Terbitkan pantun pendidikan dalam 5000 PANTUN PENDIDIKAN

Kamis, 26 Januari 2017

Penulisan partikel "per" yang benar menurut Ejaan Bahasa Indonesia

penulisan partikel per yang benar menurut ejaan bahasa Indonesia

Pertama: per = tiap-tiap, setiap, demi, mulai
Kesalahan penulisan partikel per sering muncul karena tidak semua per ditulis terpisah. Per yang ditulis terpisah per yang mempunyai arti (1) tiap-tiap atau setiap, (2) demi, (3) mulai, dan (4) dengan (menggunakan).

Berikut contoh pemakaiannya dalam kalimat.
1) Harga kain itu Rp200.000,00 per meter.
2) Mahasiswa diminta keluar ruang kuliah satu per satu secara tertib.
3) Surat keputusan itu berlaku per Januari 2015.
4) Dia menghubungi saudaranya yang di kota per telepon.


Kedua: per = dibagi, dengan (menggunakan)
Selain per yang mengandung arti di atas, ada juga per yang mempunyai arti dibagi . Per yang mengandung dua arti itu ditulis serangkai.

Berikut contoh pemakaiannya dalam kalimat.
5) Dua pertiga penduduk kampung itu masih tergolong miskin.



Ketiga: per sebagai awalan
Ada pula per- yang bukan partikel, melainkan awalan. Karena merupakan awalan, per- ini ditulis serangkai.

Contohnya adalah sebagai berikut.
6) Perlebar gelaran tikarnya agar dapat memuat banyak tamu!
7) Sudah sepantasnya kalau kita pertuan kepada orang asing itu.

Imbuhan per- pada kalimat (6) berarti membuat jadi lebih lebar dan pada kalimat (7) berarti memanggil.


Baca juga:
Penulisan artikel "pun"
Partikel -lah, -kah, -tah, pun, per
Penulisan judul: huruf kecil dan besar
Kata Si dan Sang
Pemenggalan Kata
Apakah padanan untuk go public dan go international?
Ki-lo-gram ataukah ki-log-ram?

Rabu, 25 Januari 2017

Hati-hati dengan ejaan kata-kata ini

baku tidak baku/salah
akidah aqidah
alaikum salam-
asar ashar
assalamualaikum-
astagfirullah-
azan adzan
bakti bhakti
batin bathin
budi budhi
dakwahda’wah
darma dharma
doa do’a
duha dhuha
hadis hadits
imsak -
insyaallahinsya Allah
istigfar istighfar
istikamah istikomah/istiqomah
isyaisha
kalbuqalbu
magrib maghrib
mudaratmadarat
musalamusalla/mushala/mushola/musola
Ramadan Ramadhan
ridaridla/ridho/ridha
salat sholat/shalat/solat
subuh shubuh
takwataqwa
ustaz ustadz
ustazah ustadzah
wudu wudhu/wudlu
zuhur lohor/ zohor/ duhur/ dzuhur/ zhuhur



Baca juga:
Izin atau Ijin - Kata yang Sering Salah Eja
Beberapa Hal Penting Diperhatikan
Penulisan Kata yang Benar
Pemakaian Bentuk Kata yang Tepat
Kata Bahasa Indonesia

Gabungan Huruf Konsonan

Gabungan Huruf Konsonan
gabungan huruf konsonan bahasa Indonesia

Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

Contoh:
kh: khusus, akhir, tarikh
ngngarai, bangun, senang
ny: nyata, banyak
sy: syarat, musyawarah, arasy




Baca juga:
Huruf Kapital atau Huruf Besar
Penulisan judul: huruf kecil dan besar
Pemenggalan Kata
Singkatan dan Akronim
Pemakaian Huruf Miring
Angka dan Lambang
Huruf Diftong dalam Bahasa Indonesia


Huruf Diftong dalam Bahasa Indonesia

Huruf Diftong dalam Bahasa Indonesia
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkandengan gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi.

Contoh
ai: aileron, balairung, pandai
au: autodidak, taufik, harimau
ei: eigendom, geiser, survei
oi: boikot, amboi




Rabu, 18 Januari 2017

Pilihan Kata

pilihan kata yang tepat

Biasanya orang membuka kamus untuk mengetahui arti sebuah kata, cara menuliskannya, atau cara-cara melafalkannya. Akan tetapi, banyak juga orang yang menginginkan lebih dari itu. Mereka ingin menemukan kata tertentu untuk mengetahui pemakaiannya secara tepat.

Sudah barang tentu seorang pembicara atau seorang penulis akan memilih kata yang "terbaik" untuk mengungkapkan pesan yang akan disampaikannya. Pilihan kata yang "terbaik" adalah yang memenuhi syarat (1) tepat (mengungkapkan gagasan secara cermat), (2) benar (sesuai dengan kaidah kebahasaan), dan (3) lazim pemakaiannya.

Berikut ini adalah contoh pemilihan kata yang tidak tepat.

(1) Sidik tidak mau lagi mendengarkan kata-kata temannya yang sudah terbukti suka membual. la mengacuhkan janji-janji yang diobral temannya itu dan menganggapnya angin lalu. 
(2) Pingkan sangat senang mendengar kabar itu dan ia berkilah kepada teman-temannya dengan bangga "Ternyata saya lulus". 



Jika dilihat konteksnya, dalam kalimat (1) itu kata mengabaikan lebih tepat daripada mengacuhkan yang berarti ‘memperhatikan' dan pada kalimat (2) kata berkata lebih tepat daripada berkilah yang bermakna 'berdalih'. 

Pilihan kata yang tidak benar dapat dicontohkan seperti yang berikut ini. 

(3) Polisi telah berhasil menangkap pelaku pengrusakan gedung sekolah itu.

(4) Kedua remaja itu telah lama saling menyinta

Kata pengrusakan dan menyinta bukanlah kata yang terbentuk secara benar. Bentuk yang benar adalah perusakan dan mencinta.

Kata meninggal adalah kata yang baku di samping kata mati dan wafat. Akan tetapi, ketiganya memiliki kelaziman pemakaian masing-masing. Perhatikan pemakaiannya berikut ini. 

(5) Petugas rumah sakit menyerahkan surat kematian yang menerangkan bahwa ayah saya telah meninggal setelah operasi yang gagal itu. 

Dalam hal itu tentu tidak lazim digunakan istilah surat kemeninggalan atau surat kewafatan, padahal kalimat Ayah saya meninggal atau Ayah saya wafat lebih lazim dan takzim daripada Ayah saya mati.


Contoh yang lain berkenaan dengan kata agung, akbar, dan raya yang semuanya bermakna 'besar'. Makna 'besar' pada kata agung tidak berkenaan dengan fisik, melainkan dengan harkat, misalnya jaksa agung. Kata akbar bermakna besar luar biasa (mahabesar). Kata raya yang juga bermakna besar, hanya dipakai dalam hal-hal tertentu saja. Ada istilah jalan raya dan hari raya di samping jalan besar dan hari besar, tetapi tidak lazim dikatakan jalan agung, jalan akbar atau hari agung, hari akbar

Berkenan dengan kelaziman itu, pemakai bahasa memang perlu juga memperhatikan nilai rasa atau konotasi sebuah kata. Yang dimaksud dengan konotasi ialah tautan pikiran yang menerbitkan nilai rasa. Konotasi itu dapat bersifat pribadi dan bergantung pada pengalaman orang-seorang sehubungan dengan kata atau dengan gagasan yang diacu oleh kata itu. 

Salah satu contoh telah disinggung di atas. Di samping kata mati, ada kata meninggal, gugur, wafat, mangkat, dan tewas. Kata mati digunakan dengan pengertian yang netral dan tidak bernilai rasa hormat. Kata meninggal bernilai rasa hormat. Oleh sebab itu, hanya digunakan untuk manusia. Untuk para pahlawan atau orang-orang yang berjasa bagi negara yang meninggal sewaktu menjalankan tugas digunakan kata gugur. Kata wafat digunakan untuk orang yang kita hormati. Kata mangkat dianggap lebih takzim daripada wafat. Kata tewas digunakan secara netral untuk orang yang meninggal dalam suatu musibah. 

Ada orang yang menggunakan kata yang tidak lazim, misalnya kata yang berasal dari bahasa daerah, untuk menggantikan kata yang justru sudah lazim dalam bahasa Indonesia. Sekalipun dimaksudkan untuk mengungkapkan rasa hormat, tindakan itu berlebihan dan tidaklah bijaksana. Marilah kita perhatikan kalimat pada paragraf penutup surat kabar berikut ini. 

(6) Atas segala bantuan itu, saya ucapkan terima kasih.

(7) Atas kemudahan yang telah saya terima, saya sampaikan terima kasih. 

Pada dasarnya kedua kalimat di atas itu cukup takzim sehingga kita tidak perlu menggunakan kata haturkan, misalnya, untuk menggantikan ucapkan dan sampaikan

Selain ketiga hal di atas, keadaan kawan bicara juga perlu diperhatikan sehingga pesan yang akan disampaikan terpahami. Marilah kita perhatikan sebuah contoh pemilihan kata dalam sebuah sambutan pada suatu peresmian. 

(8) Saudara-saudara, atas nama Pemerintah, saya menyampaikan salut setinggi-tingginya atas partisipasi aktif yang Anda berikan dengan penuh dedikasi dan penuh antusias dalam menyelesaikan proyek irigasi ini sebagai salah satu kegiatan dari pilot proyek modernisasi dalam semua aspek kehidupan kita, baik mental maupun spiritual." 

Sekalipun pemilihan katanya sudah memenuhi syarat seperti yang diuraikan di atas, jika khalayak pendengarnya bukan golongan terpelajar dan tidak biasa dengan kata-kata yang digunakan itu, ada kemungkinan pesan tidak terpahami dengan baik. Penggunaan kata yang digali dari khazanah bahasa Indonesia lebih memungkinkan pemahamannya.
Jika hal itu akan dilakukan, berikut ini padanannya dalam bahasa Indonesia. 

salut : hormat, penghormatan
partisipasi : peran serta
dedikasi: pengabdian (pengorbanan tenaga dan waktu untuk keberhasilan suatu usaha atau tujuan mulia)
antusias : bersemangat
irigasi : pengairan (cara pengaturan pembagian air untuk sawah)
pilot proyek : proyek perintis, percontohan

Pada hakikatnya, memilih kata secara baik merupakan upaya agar pesan yang hendak disampaikan dapat diterima secara tepat.


Baca juga:
Melihat, memandang, menatap, mengamati, menonton, menyaksikan, mengawasi, meninjau
Pemakaian Kata Dadah dan Berdadah
Penggunaan Kata Dengan
Makna Kata Pekerjaan, Profesi, dan Jabatan
Makna Kata Pemandangan Umum dan Pandangan Umum
Kata Sekarang dan Kini
Pemakaian Kata Sebentar, Sejenak, Sekejap, Sekilas, Sepintas, dan Sejurus
Makna Kata Hijrah dan Hijriah
Makna Kata Acuh dan Tayang
Makna Kata Kilah dan Tukas
Kata Ranking dan Langganan

Minggu, 15 Januari 2017

Melihat, memandang, menatap, mengamati, menonton, menyaksikan, mengawasi, meninjau

Melihat, memandang, menatap, mengamati, menonton, menyaksikan, mengawasi, meninjau

Kata melihat
Kata melihat adalah kata yang secara umum mengungkapkan ihwal mengetahui sesuatu melalui indera mata. Jadi, kata itu tidak hanya menyatakan ihwal membuka mata serta menunjukkannya ke objek tertentu, tetapi juga ihwal mengetahui objek itu. Pengertian itu tampak pada kalimat berikut.

(1) Banyak orang yang melihat kejadian itu.

Kata melihat tidak hanya digunakan untuk menyatakan perbuatan secara fisik, tetapi juga tindak pikir, terutama jika objeknya abstrak. Perhatikan contoh berikut.

(2) Menteri Perdagangan melihat perkembangan ekspor nonmigas yang cukup menggembirakan akhir-akhir ini.

Pada contoh (2) itu perbuatan melihat tidak sama dengan yang ada pada contoh (1). Orang dapat melihat perkembangan ekspor nonmigas tidak hanya dengan melihat kegiatan pengiriman barang ekspor di pelabuhan, misalnya, tetapi juga dengan membaca atau mendengarkan laporan tentang kegiatan ekspor itu. Dengan kata lain, perbuatan melihat pada contoh (2) tidak hanya dilakukan dengan mata.

(3) Calon pembeli itu akan melihat-lihat keadaan rumah kami.

Pada contoh (3) perbuatan melihat dilakukan secara sambil lalu dan santai untuk memperoleh gambaran umum tentang keadaan rumah yang diamati.


Kata memandang
Kata memandang menyatakan perbuatan memperhatikan objek dalam waktu yang agak lama dan dengan arah yang tetap. Perbuatan itu melibatkan emosi pelakunya. Contohnya terlihat pada kalimat berikut.

(4) Dia memandang orang asing itu dengan heran.

Kata memandang tidak selalu dipakai untuk mengacu ke perbuatan secara fisik, tetapi dapat juga mengacu ke sikap. Dalam pemakaian seperti itu kata memandang bersinonim dengan menganggap seperti pada contoh berikut.

(5) la memandang ringan tugas yang diberikan kepadanya itu.

Kata pemandangan dan terpandang yang berhubungan dengan bentuk memandang umumnya mengacu ke hal yang indah atau baik.

(6) Para pendaki gunung berhenti sejenak untuk menikmati pemandangan di sekitarnya.
(7) Pak Sukri termasuk orang yang terpandang di daerah ini.


Jika ada pemandangan yang tidak indah, penjelasan tentang hal itu harus dinyatakan. Perhatikan contoh berikut.

(8) Orang terpaksa menyaksikan pemandangan yang tidak sedap karena sampah yang menumpuk di pinggir jalan itu. 



Kata menatap
Kata menatap menyatakan perbuatan memperhatikan objek yang tetap dari jarak dekat. Contohnya terlihat pada kalimat berikut.

(9) la menatap gambar yang dipamerkan itu satu per satu.

Kalau pada pemakaian kata memandang yang ditekankan adalah adanya objek yang menarik, pada pemakaian kata menatap yang ditekankan adalah hanya keingintahuan atau kemelitan pada diri pelaku. (Oleh sebab itu, perbuatan itu dilakukan dalam waktu yang relatif lama dan pelaku merasa perlu mendekat ke objek.) Hal itu terbukti pada ketidak-berterimaan contoh yang berikut.

(10) Gambar itu tidak enak ditatap mata.


Kata mengamatiKata mengamati (atau mengamat-amati) menyatakan perbuatan memperhatikan objek dengan teliti dan relatif lama. Kata itu dapat mengacu ke tindakan fisik pada kalimat (11) ataupun ke tindakan nonfisik seperti pada kalimat (12).

(11) Sang harimau mengamati gerak-gerik calon mangsanya.
(12) Pakar ekonomi itu tengah mengamati perkembangan perekonomian Indonesia.



Kata menontonKata menonton menyatakan perbuatan melihat objek karena didorong oleh rasa ingin tahu akan apa yang terjadi. Perbuatan itu juga dapat dimaksudkan untuk menghibur diri. Contohnya seperti yang terlihat pada kalimat berikut.

(13) Dalam kecelakaan itu banyak orang yang datang untuk menonton saja.
(14) Mereka menonton pertandingan tinju itu melalui televisi
.


Kata menyaksikanKata menyaksikan menyatakan perbuatan melihat sesuatu untuk mengetahui kebenarannya. Pelaku mungkin (a) tidak dituntut harus tahu kebenaran itu oleh pihak lain, kecuali oleh dirinya sendiri, dan mungkin pula (b) dituntut harus tahu. Perhatikan contoh berikut.

(15) la menyaksikan pertunjukan itu.
(16) la menyaksikan uji coba mesin yang dibuatnya itu.
(17) la menyaksikan penandatanganan perjanjian itu.


Pada kalimat (15) pelaku tidak harus tahu akan jalannya pertunjukan sekalipun ia merasa perlu tahu. Di situ kata menyaksikan dapat diganti dengan menonton. Pada kalimat (16) pelaku dituntut, walau oleh dirinya sendiri, untuk tahu akan hasil uji coba. Pada kalimat (17) pelaku dituntut oleh pihak lain untuk tahu akan kebenaran peristiwa penandatanganan itu. Penggantian kata menyaksikan dengan menonton pada kalimat (16) dan (17) menimbulkan perbedaan makna.


Kata mengawasiKata mengawasi menyatakan perbuatan melihat objek dengan cermat kalau-kalau ada perubahan keadaan yang menyimpang dari yang diharapkan. Contohnya terlihat pada kalimat berikut.

(18) Ibu itu sedang mengawasi anaknya yang asyik bermain-main.
(19) Atasan harus berani mengawasi bawahannya.



Kata meninjauKata meninjau semula menyatakan perbuatan melihat dari tempat yang tinggi. Kata itu kini lebih sering digunakan untuk menyatakan perbuatan mendatangi suatu tempat untuk mengetahui keadaannya. Pelakunya adalah orang yang memiliki wewenang atau hak untuk melakukan peninjauan, seperti berturut-turut terlihat pada contoh (20) dan (21) berikut ini.

(20) Bupati akan meninjau kecamatan yang dilanda bencana itu.
(21) Saya akan meninjau rumah yang akan saya beli di Depok.


Kata itu juga dapat dipakai untuk mengacu ke tindakan yang tidak bersifat fisik. Dalam pemakaian seperti itu, kata meninjau bersinonim dengan melihat-lihat, seperti contoh berikut.

(22) Saya akan meninjau kembali usutnya.
(23) Kita akan meninjau acara kita esok hari.



Baca juga:
Pemakaian Kata Dadah dan Berdadah
Penggunaan Kata Dengan
Makna Kata Pekerjaan, Profesi, dan Jabatan
Makna Kata Pemandangan Umum dan Pandangan Umum
Kata Sekarang dan Kini
Pemakaian Kata Sebentar, Sejenak, Sekejap, Sekilas, Sepintas, dan Sejurus
Makna Kata Hijrah dan Hijriah
Makna Kata Acuh dan Tayang
Makna Kata Kilah dan Tukas
Kata Ranking dan Langganan

Pemakaian Kata Dadah dan Berdadah

pemakaian kata doping yang tidak tepat

Di dalam liputan perlombaan Olimpiade 1988, kita dikejutkan oleh berita penyalahgunaan obat perangsang steroid anabolik, antara lain, stanozolol, oleh beberapa atlet. Yang mengherankan ialah bahwa untuk menyebut obat perangsang itu peliput dan pewarta Indonesia senang memakai kata doping untuk mengacu ke kata dadah (drug) itu. Padahal, stanozolol itu harus disebut dope dan bukan doping. Dope itu ialah a preparation of an illicit, habitforming or narcotic drug given to a racehorse or athlete to help their performance.

Kita tampaknya kecanduan memakai kata dengan akhiran ing, seakan-akan tidak tahu perbedaan antara bentuk dengan ing dan tanpa ing sehingga tercatat

B.J. kedapatan menggunakan doping juga...
golongan obat yang digunakan untuk doping

per-doping-an

Ada verba atau kata kerja to dope, doped, doping yang memang berarti to treat or affect with dope sehingga dalam bahasa Indonesia dapat dibentuk kata mendadahi dan berdadah. Doping berpadanan dengan pendadahan jika dihubungkan dengan mendadahi, dan berpadanan dengan perdadahan jika bertalian dengan berdadah. Orang yang memakai dope disebut doper, yakni pedadah dalam bahasa Indonesia.

Jika kita enggan memakai bahasa kita sendiri, sekurang-kurangnya kita dapat berusaha memakai kata Inggris yang tepat dan tidak bersikap "asal jadi".



Baca juga:
Penggunaan Kata Dengan
Makna Kata Pekerjaan, Profesi, dan Jabatan
Makna Kata Pemandangan Umum dan Pandangan Umum
Kata Sekarang dan Kini
Pemakaian Kata Sebentar, Sejenak, Sekejap, Sekilas, Sepintas, dan Sejurus
Makna Kata Hijrah dan Hijriah
Makna Kata Acuh dan Tayang
Makna Kata Kilah dan Tukas
Kata Ranking dan Langganan

Penggunaan Kata Dengan


Kata dengan digunakan untuk menandai beberapa makna.

Yang pertama ialah makna 'kealatan'. 
Makna itu terdapat pada ujaran yang menyatakan adanya alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Contohnya terlihat pada kalimat yang berikut.

(1) Pohon itu ditebang dengan gergaji mesin. 
(2) Mereka memadamkan api itu dengan air seadanya. 
(3) Dengan surat itu mereka melaporkan kejadian sebenarnya. 

Alat yang digunakan itu tidak selalu berupa benda konkret, tetapi juga benda abstrak seperti yang terlihat pada dua kalimat yang berikut.

(4) Pemindahan penduduk tidak akan dilakukan dengan kekerasan. 
(5) Peraturan itu ternyata dapat dilaksanakan hanya dengan pengawasan ketat.

Yang kedua ialah makna 'kebersamaan'.
Makna itu terdapat pada ujaran yang menyatakan adanya beberapa pelaku yang mengambil bagian pada peristiwa yang sama. Perhatikan contoh berikut.

(6) Ayah sedang bercakap-cakap dengan tamunya.

Pada kalimat itu, baik ayah maupun tamunya sama-sama aktif mengambil bagian pada peristiwa percakapan. Contoh yang lain ialah

(7) Adikku pergi berenang dengan teman-temannya. 
(8) Para pemberontak bersedia berunding dengan pemerintah. 
(9) Ayahnya melarang dia berteman dengan pemabuk. 
(10) Kemarin saya bertemu dengan teman lamaku.

Yang ketiga, makna 'kesertaan'.
Makna yang mirip dengan 'kebersamaan' itu terdapat pada tuturan yang menyatakan adanya benda yang menyertai pelaku. Penyerta itu umumnya benda yang tak bernyawa. Oleh karena itu, penyerta itu tidak ikut aktif mengambil bagian dalam peristiwa yang dinyatakan. Berikut ini adalah contohnya.

(11) Perampok itu pergi dengan barang-barang rampasannya. 
(12) Peserta pertemuan itu pulang dengan kenangan manis.


Yang keempat ialah makna 'kecaraan
yang terdapat pada ujaran yang menyatakan cara peristiwa terjadi atau cara tindakan dilakukan. Berikut ini contohnya.

(13) Pertandingan itu berjalan dengan aman.

Yang kelima adalah kesesuaian atau ketaksesuaian
Selain itu, ada beberapa kata yang harus diikuti oleh pelengkap yang diawali dengan kata dengan. Makna yang terdapat pada konstruksi seperti itu adalah 'kesesuaian' atau 'ketaksesuaian'. Contohnya seperti berikut.

(14) Penebaran benih dilakukan bertepatan dengan saat mulai musim hujan.

Kata bertepatan memerlukan pelengkap yang diawali dengan kata dengan. Kita tidak dapat membuat kalimat berikut.

(14) *Penaburan benih dilakukan bertepatan. 

Contoh yang lain disajikan berikut ini.

(15) Peraturan itu bertentangan dengan asas keadilan. 
(16) Pemberian amnesti itu berkenaan dengan ulang tahun raja. 
(17) Mereka tidak setuju dengan usul itu.
(18) Jangan membuat baju yang berbeda dengan pesanan. 
(19) Orang tuanya sekampung dengan orang tua kami.

Banyak ditemukan contoh kalimat yang salah karena tidak menggunakan kata dengan, seperti berikut,

(20) Buatlah gambar yang sesuai contoh. 
(21) Kini mereka dapat bertemu anaknya. 

Kalimat itu seharusnya berbunyi seperti berikut.
(20a) Buatlah gambar yang sesuai dengan contoh.
(21b) Kini mereka dapat bertemu dengan anaknya. 

Jika kita tidak akan menggunakan kata dengan pada kalimat (21) itu, kata menemui dapat digunakan alih-alih bertemu.

(21b) Kini mereka dapat menemui anaknya.

Ada juga pemakaian kata dengan yang tidak pada tempatnya pada ragam resrni. Berikut ini contohnya.

(22) Kami berikan surat ini dengan staf Saudara. 
(23) Dengan kemenangan itu mengantarkan Graf ke final.

Kalimat (22) salah jika mengungkapkan informasi bahwa surat itu diberikan kepada staf Saudara, tetapi benar jika mengungkapkan informasi bahwa kami dan staf Saudara bersama-sama memberikan surat itu. Kalimat (23) tidak bersubjek karena kata dengan tidak pernah mendahului subjek. Berikut ini perbaikannya.

(22a) Kami berikan surat itu kepada staf Saudara. 
(23b) Kemenangan itu mengantar Graf ke final.


Baca juga:
Makna Kata Pekerjaan, Profesi, dan Jabatan
Makna Kata Pemandangan Umum dan Pandangan Umum
Kata Sekarang dan Kini
Pemakaian Kata Sebentar, Sejenak, Sekejap, Sekilas, Sepintas, dan Sejurus
Makna Kata Hijrah dan Hijriah
Makna Kata Acuh dan Tayang
Makna Kata Kilah dan Tukas
Kata Ranking dan Langganan

Makna Kata Pekerjaan, Profesi, dan Jabatan

Apa saja yang dikerjakan atau dilakukan seseorang merupakan pekerjaan. Yang dimaksudkan dengan pekerjaan di sini ialah jenis perbuatan atau kegiatan untuk memperoleh imbalan atau upah. Dengan ciri makna yang demikian, pekerjaan dapat juga disebut mata pencarian atau pokok penghidupan. Dalam konteks itu, secara khusus kita mengenal pula jenis pekerjaan yang lazim disebut profesi dan jabatan.

Jenis pekerjaan yang menuntut pendidikan dan keahlian khusus disebut profesi. Yang dapat digolongkan ke dalam kategori itu, antara lain, ialah pekerjaan seorang dokter, guru, pengacara, dan peneliti. Pekerjaan pengemudi, mandor, pembantu rumah tangga tidak termasuk profesi.

Jabatan merupakan jenis pekerjaan yang berhubungan dengan struktur suatu organisasi. Direktur, kepala bidang, dan sekretaris, misalnya, merupakan jabatan. Dalam pengertian itu, dikenal pula istilah seperti jabatan fungsional, jabatan struktural, dan jabatan rangkap.


Baca juga:
Makna Kata Pemandangan Umum dan Pandangan Umum
Kata Sekarang dan Kini
Pemakaian Kata Sebentar, Sejenak, Sekejap, Sekilas, Sepintas, dan Sejurus
Makna Kata Hijrah dan Hijriah
Makna Kata Acuh dan Tayang
Makna Kata Kilah dan Tukas
Kata Ranking dan Langganan

Makna Kata Pemandangan Umum dan Pandangan Umum


Sehubungan dengan liputan atau laporan kegiatan sidang DPR yang tengah membahas persoalan tertentu, kita sering mendengar atau membaca, misalnya, bahwa semua fraksi telah mendapat giliran dalam menyampaikan pemandangan umumnya. Yang disampaikan oleh fraksi dalam sidang DPR itu sebenarnya bukan pemandangan umum, melainkan pandangan umum.

Bentuk pemandangan mengandung makna 'cara atau proses memandang sesuatu' dan hasilnya disebut pandangan. (Kata pemandangan dapat juga bersinonim dengan panorama). Dengan demikian, yang disampaikan oleh fraksi di DPR itu bukanlah 'cara atau proses memandang; melainkan 'hasil yang diperoleh dari cara atau proses memandang'. Berikut ini dicontohkan pemakaian pemandangan umum dan pandangan umum yang benar.

(1) Acara sidang DPR hari ini masih berupa pemandangan umum terhadap Rencana Undang-Undang Pendidikan. 
(2) Pandangan umum terhadap Rencana Undang-Undang Pendidikan telah disampaikan oleh semua fraksi.



Baca juga:
Kata Sekarang dan Kini
Pemakaian Kata Sebentar, Sejenak, Sekejap, Sekilas, Sepintas, dan Sejurus
Makna Kata Hijrah dan Hijriah
Makna Kata Acuh dan Tayang
Makna Kata Kilah dan Tukas
Kata Ranking dan Langganan

Kata Sekarang dan Kini


Kata sekarang dan kini kelihatannya persis sama maknanya sehingga seolah-olah keduanya dapat selalu saling menggantikan, sebagaimana yang terdapat pada contoh berikut.

(1) Karena dulu para petani di daerah itu berpindah-pindah, kini/sekarang banyak terdapat lahan yang rusak. 

Akan tetapi, jika diamati secara lebih cermat, kemungkinan pemunculan kata kini lebih terbatas daripada sekarang. Kata kini mengandung nuansa yang lebih khusus. Penggunaan kata kini mengandaikan adanya kesinambungan antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat ihwalnya dibicarakan, antara yang terjadi dulu dan yang terjadi pada saat ini. Perhatikan contoh berikut.

(2) Yang dulu dipandang remeh kini disegani banyak orang. 
(3) la, yang selama ini dikenal sebagai peragawati, kini mencoba nasib sebagai perancang baju. 
(4) la pernah belajar antropologi di luar negeri dan kini bekerja di kantor swasta.

Meskipun penggunaan kata kini selalu mengait ke peristiwa yang terjadi pada masa lampau, peristiwa lampau itu sendiri tidak selalu harus disebutkan secara eksplisit. Peristiwa lampau yang terkena kaitan itu dapat saja hanya secara implisit tersingkap dari konteksnya. Amatilah contoh berikut.

(5) Kini Batam sudah siap menerima arus wisatawan. 
(6) Kini tiada lagi orang yang berpakaian seragam seperti itu.

Tanpa dikaitkan dengan waktu lampau, kata kini tidak dapat digunakan. Pemakaian kata kini pada contoh yang berikut tidak berterima. (Tanda asteris (*) menunjukkan pemakaian yang tidak berterima).

(7) Sekarang/*Kini atau besok penggenangan waduk itu dilakukan? 
(8) A: Kapan daerah itu dikosongkan? 
      B: Sekarang./*Kini.

Kata kini tidak digunakan sebagai atribut untuk menerangkan nomina. Bandingkan pemakaiannya sebagai atribut (yang tidak berterima) pada contoh (9) dan penggunaannya sebagai kata keterangan waktu (yang berterima) pada contoh (10) di bawah ini.

(9) Gurunya yang sekarang/*kini lebih pandai menyampaikan bahan pelajaran. 
(10) Istrinya, yang sekarang/kini menjadi dokter, akan bertugas di Puskesmas Pandeglang.

Akan tetapi, ada rangkaian dengan nomina tertentu yang membolehkan penggunaan sebagai atribut meskipun jumlahnya terbatas, misalnya, masa kini. Namun, rangkaian seperti ini pada umumnya tidak berterima: *zaman kini, *pemuda kini.

Masih ada satu perbedaan lagi antara sekarang dan kini. Perhatikanlah contoh berikut.

(11) Jika keadaan memaksa, sekaranglah/*kinilah kita benahi tata kerja kita. 
(12) Sekarang/*kini ini juga pemugaran gedung itu hendaknya dimulai. 

Baca juga:
Angka dan Lambang
Pemakaian Kata Sebentar, Sejenak, Sekejap, Sekilas, Sepintas, dan Sejurus
Bagaimanakah penggunaan kata siang, malam, pagi, dan sore dalam sapaan?
Di mana, yang mana