1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta. [Catatan: dengan koma sebelum "dan"]
Surat biasa, surat kilat, maupun surat khusus memerlukan prangko.
Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
Satu, dua, ... tiga!
Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan. [Catatan: tanpa koma sebelum "dan"]
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi, melainkan atau sedangkan.
Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.
Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
2a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
Kalau diundang, saya akan datang.
Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
2b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia tahu bahwa soal itu penting.
Saya akan datang kalau diundang.
Dia mempunyai banyak teman karena baik hati.
Kita harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.
3. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
Misalnya:
…. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
…. Jadi, soalnya tidak semudah itu.
Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.
Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar
4. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, hai, kasihan dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, jalannya licin!
Nak, kapan selesai kuliahmu?
Siapa namamu, Dik?
Dia baik sekali, Bu.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata ibu, “Saya gembira sekali.”
“Saya gembira sekali,” kata ibu, “karena kamu lulus.”
Kata nenek saya, "Kita harus berbagi dalam hidup ini."
"Kita harus berbagi dalam hidup ini," kata nenek saya, "karena manusia adalah makhluk sosial."
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.
Misalnya:
“Di mana Saudara tinggal?” tanya Pak Lurah.
“Masuk ke dalam kelas sekarang!” perintahnya.
“Wow, indahnya pantai ini!” seru wisatawan itu.
6. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman, Jakarta 13130
Kuala Lumpur, Malaysia.
Medan, 18 Juni 1984
Medan, Indonesia.
Tokyo, Jepang
7. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: Pustaka Rakjat.
Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur. Ambon: Mutiara Beta.
8. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
9. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
Bambang Irawan, M.Hum.
Siti Aminah, S.H., M.H.
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
10. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
27,3 kg
Rp12,50
11. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi (keterangan aposisi).
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
Semua siswa, baik yang laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang pendiri Gerakan Nonblok.
Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.
Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu tanpa melalui tes.
12.Tanda koma dapat dipakai―untuk menghindari salah baca―di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang sungguh-sungguh.
Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam upaya pembinaan dan pengembanagan bahasa.
Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.
Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.
Dalam praktik berbahasa sering ditemukan kesalahan pemakaian tanda koma. Kesalahan yang cukup mencolok adalah pemakaian tanda koma untuk memisahkan induk kalimat dan anak kalimat dalam kalimat majemuk yang anak kalimatnya mengiringi induk kalimat.
Perhatikan contoh berikut.
1) Masyarakat yang datang ke tempat pembagian sembako itu terlalu banyak,* sehingga panitian
kewalahan.
2) Era teknologi seperti sekarang ini akses informasi sangat bebas,* sehingga diperlukan bimbingan
orang tua bagi anak-anaknya.
Salah satu kaidah tanda koma menyatakan bahwa tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan induk kalimat dengan anak kalimat jika induk kalimat mendahului anak kalimat atau anak kalimat mengiringi induk kalimat. Kalimat (1) di atas merupakan kalimat majemuk bertingkat. Begitu pula kalaimat (2). Kalimat (1) terdiri atas 1 induk kalimat dan 1 anak kalimat. Bagian yang pertama, yaitu masyarakat yang datang ke tempat pembagian sembako itu terlalu banyak, merupakan induk kalimat, sedangkan bagian kedua, yaitu sehingga panitia kewalahan, merupakan anak kalimat. Kalimat (2) juga terdiri atas 1 induk kalimat dan 1 anak kalimat. Bagian yang pertama, yaitu era teknologi seperti sekarang ini akses informasi sangat bebas, merupakan induk kalimat, sedangkan bagian kedua, yaitu sehingga diperlukan bimbingan orang tua bagi anak-anknya, merupakan anak kalimat. Hal itu berarti bahwa pada kalimat (1) dan (2) induk kalimat mendahului anak kalimat atau anak kalimat mengiringi induk kalimat. Oleh karena itu, di antara induk dan anak kalimat (1) dan (2) tidak digunakan tanda koma seperti perbaikannya berikut.
1a) Masyarakat yang datang ke tempat pembagian sembako itu terlalu banyak sehingga panitian
kewalahan.
2a) Era teknologi seperti sekarang ini akses informasi sangat bebas sehingga diperlukan bimbingan
orang tua bagi anak-anaknya.
Banyak orang yang menggunakan tanda koma yang tampaknya atas dasar atau pertimbangan jeda dalam pembacaannya. Padahal, aturan yang benar tidak seperti itu. Jika penggunaan tanda koma atas pertimbangan jeda, contoh kalimat berikut sama-sama menggunakan tanda koma.
3) Mereka ditegur pimpinan,* karena laporan kegiatannya terlambat.
4) Karena laporan kegiatannya terlambat, mereka ditegur pimpinan.
Jika hanya dirasa-rasa, penggunaan tanda koma seperti pada kalimat (3) dan (4) sama-sama benar. Seharusnya, penggunaan tanda koma dalam kedua kalimat tersebut harus dilihat anak dan induk kalimatnya. Kaidahnya mengatur bahwa anak kalimat yang mendahului induk kalimat dipisahkan dengan tanda koma. Jika kita cermati, kalimat (3) terdiri atas induk kalimat dan anak kalimat. Bagian kalimat mereka ditegur pimpinan merupakan induk kalimat, sedangkan bagian kalaimat karena laporan kegiatannya terlambat merupakan anak kalimat. Oleh karena itu, tidak koma digunakan. Sebaliknya, kalimat (4) sudah benar. Kalimat (4) anak kalimat mendahului induk kalimat. Oleh karena itu, setelah anak kalimat digunakan tanda koma.
Barangkali pertanyaan yang muncul adalah bagaimana menentukan anak kalimat dan induk kalimat. Yang harus diingat lebih dahulu adalah bahwa anak kalimat hanya ada dalam kalimat majemuk bertingkat. Lalu, kalimat majemuk bertingkat sekurang-kurang terdiri atas 2 subjek dan 2 predikat. Namun, jika subjeknya sama, yang muncul hanya satu subjek.Adapun anak kalimat dapat dikenali lewat (1) kata penghubung yang mengawalinya, (2) ketidakmandiriannya sebagai sebuah kalimat, dan (3) keberadaan unsur predikat sekurang-kurangnya. Perhatikan baik-baik contoh berikut!
a) Karena tidak punya uang yang cukup, dia mengurungkan niatnya untuk membeli mobil.
b) Mereka terlambat sehingga tidak dapat mengikuti acara yang pertama.
Bagian kalimat yang dicetak miring pada kalimat (a) dan (b) di atas merupakan anak kalimat, sedangkan bagian yang lainnya merupakan induk kalimat. Anak kalimat pada kalimat (a) diawali kata penghubung karena, sedang kan anak kalimat (b) diawali kata penghubung sehingga. Setiap anak kalimat itu tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat lengkap. Jadi, bagian kalimat karena tidak punya uang yang cukup bukan merupakan kalimat lengkap. Begitu juga bagian kalimat sehingga tidak dapat mengikuti acara yang pertama. Di samping itu, dalam setiap anak kalimat di atas terdapat predikat. Predikat pada anak kalimat yang pertama adalah tidak punya, sedangkan predikat pada anak kalimat yang kedua adalah tidak dapat mengikuti. Dengan demikian, kedua bagian kalimat itu termasuk anak kalimat. Anak kalimat pada kalimat (a) ikuti tanda koma karena anak kalimat mendahului induk kalimat. Sebaliknya, anak kalimat pada kalimat (b) tidak diikuti koma karena anak kalimat mengiringi induk kalimat.
Di atas sudah dibahas kaidah pemakaian tanda koma untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimat. Itu baru salah satu kaidah tanda koma. Namun, penerapan kaidah itu memang sangat sering salah. Masih ada sejumlah kaidah tanda koma yang juga masih sering salah dalam penerapannya seperti dalam kalimat berikut.
5) Mereka membeli kertas, buku, dan laptop.
6) Dia tidak ingin memiliki lukisan itu, tetapi hanya ingin melihatnya.
7) Oleh karena itu, persoalan itu kita anggap selesai.
8) Kantornya beralamat di Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta Timur.
9) Sekarang nama lengkapnya adalah Dr. Siti Nur Azizah, S.H.
10) Semua karyawan, baik laki-laki maupun perempuan, besok pagi harus ikut kerja bakti di halaman kantor.
Seperti pada kalimat (5) tanda koma digunakan untuk memisahkan bagian-bagian dalam perincian. Namun, dalam praktiknya banyak orang yang tidak menggunakan tanda koma sebelum perincian terakhir. Tentu saja hal itu tidak sesuai dengan kaidah. Pada kalimat (6) terlihat bahwa tanda koma digunakan sebelum kata seperti tetapi, sedangkan, dan melainkan dalam sebuah kalimat. Akan tetapi, banyak juga ditemukan kalimat yang tidak menggunakan tanda koma seperti pada kalimat (6). Tanda koma juga digunakan setelah kata penghubung antarkalimat seperti pada kalimat (7). Dalam sebuah kalimat kata penghubung seperti jadi, oleh karena itu, dengan demikian, atau meskipun begitu harus diikuti tanda koma. Contoh kalimat (8) memperlihatkan penggunaan tanda koma untuk memisahkan bagian-bagian alamat yang ditulis menyamping. Sayangnya, masih banyak tulisan yang mencantumkan bagian-bagian alamat yang tidak dipisahkan dengan tanda koma. Selanjutnya, tanda koma digunakan untuk memisahkan antara nama dan singkatan gelar akademik seperti pada kalimat (9). Pada Kenyataannya cara penulisan seperti itu masih banyak salah. Kaidah tanda koma selanjutnya adalah tanda koma yang digunakan untuk mengapit keterangan tambahan seperti pada kalimat (10). Cara penulisan seperti itu juga sering salah.
Baca juga:
Tanda Garis Miring (/)
Tanda Petik Tunggal (‘…’)
Tanda Petik (“…”)
Tanda Kurung Siku ([…])
Tanda Kurung ((…))
Tanda Seru (!)
Tanda Tanya (?)
Tanda Elipsis (…)
Tanda Pisah (―)
Tanda Hubung (-)
Tanda Dua Titik (:)
Tanda Titik Koma (;)
Pemakaian Tanda Koma (,)
Pemakaian Tanda Titik (.)
Tanda Apostrof (')
Huruf Kapital atau Huruf Besar
Di mana, yang mana
... di ... sebagai Awalan atau Kata Depan (Preposisi)