Biasanya orang membuka kamus untuk mengetahui arti sebuah kata, cara menuliskannya, atau cara-cara melafalkannya. Akan tetapi, banyak juga orang yang menginginkan lebih dari itu. Mereka ingin menemukan kata tertentu untuk mengetahui pemakaiannya secara tepat.
Sudah barang tentu seorang pembicara atau seorang penulis akan memilih kata yang "terbaik" untuk mengungkapkan pesan yang akan disampaikannya. Pilihan kata yang "terbaik" adalah yang memenuhi syarat (1)
tepat (mengungkapkan gagasan secara cermat), (2)
benar (sesuai dengan kaidah kebahasaan), dan (3)
lazim pemakaiannya.
Berikut ini adalah contoh pemilihan kata yang tidak tepat.
(1) Sidik tidak mau lagi mendengarkan kata-kata temannya yang sudah terbukti suka membual. la mengacuhkan janji-janji yang diobral temannya itu dan menganggapnya angin lalu.
(2) Pingkan sangat senang mendengar kabar itu dan ia berkilah kepada teman-temannya dengan bangga "Ternyata saya lulus".
Jika dilihat
konteksnya, dalam kalimat (1) itu kata mengabaikan lebih tepat daripada
mengacuhkan yang berarti ‘memperhatikan' dan pada kalimat (2) kata berkata
lebih tepat daripada berkilah yang bermakna 'berdalih'.
Pilihan kata yang tidak
benar dapat dicontohkan seperti yang berikut ini.
(3) Polisi telah
berhasil menangkap pelaku pengrusakan gedung sekolah itu.
(4) Kedua remaja
itu telah lama saling menyinta.
Kata pengrusakan
dan menyinta bukanlah kata yang terbentuk secara benar. Bentuk yang benar adalah
perusakan dan mencinta.
Kata meninggal
adalah kata yang baku di samping kata mati dan wafat. Akan tetapi, ketiganya
memiliki kelaziman pemakaian masing-masing. Perhatikan pemakaiannya berikut
ini.
(5) Petugas rumah
sakit menyerahkan surat kematian yang menerangkan bahwa ayah saya telah
meninggal setelah operasi yang gagal itu.
Dalam hal itu
tentu tidak lazim digunakan istilah surat kemeninggalan atau surat kewafatan,
padahal kalimat Ayah saya meninggal atau Ayah saya wafat lebih lazim dan takzim
daripada Ayah saya mati.
Contoh yang lain
berkenaan dengan kata agung, akbar, dan raya yang semuanya bermakna 'besar'.
Makna 'besar' pada kata agung tidak berkenaan dengan fisik, melainkan dengan
harkat, misalnya jaksa agung. Kata akbar bermakna besar luar biasa (mahabesar).
Kata raya yang juga bermakna besar, hanya dipakai dalam hal-hal tertentu saja.
Ada istilah jalan raya dan hari raya di samping jalan besar dan hari besar,
tetapi tidak lazim dikatakan jalan agung, jalan akbar atau hari agung, hari
akbar.
Berkenan dengan
kelaziman itu, pemakai bahasa memang perlu juga memperhatikan nilai rasa atau
konotasi sebuah kata. Yang dimaksud dengan konotasi ialah tautan pikiran yang
menerbitkan nilai rasa. Konotasi itu dapat bersifat pribadi dan bergantung pada
pengalaman orang-seorang sehubungan dengan kata atau dengan gagasan yang diacu
oleh kata itu.
Salah satu contoh
telah disinggung di atas. Di samping kata mati, ada kata meninggal, gugur,
wafat, mangkat, dan tewas. Kata mati digunakan dengan pengertian yang netral
dan tidak bernilai rasa hormat. Kata meninggal bernilai rasa hormat. Oleh sebab
itu, hanya digunakan untuk manusia. Untuk para pahlawan atau orang-orang yang berjasa
bagi negara yang meninggal sewaktu menjalankan tugas digunakan kata gugur. Kata
wafat digunakan untuk orang yang kita hormati. Kata mangkat dianggap lebih
takzim daripada wafat. Kata tewas digunakan secara netral untuk orang yang
meninggal dalam suatu
musibah.
Ada orang yang
menggunakan kata yang tidak lazim, misalnya kata yang berasal dari bahasa
daerah, untuk menggantikan kata yang justru sudah lazim dalam bahasa Indonesia.
Sekalipun dimaksudkan untuk mengungkapkan rasa hormat, tindakan itu berlebihan
dan tidaklah bijaksana. Marilah kita perhatikan kalimat pada paragraf penutup surat
kabar berikut ini.
(6) Atas segala
bantuan itu, saya ucapkan terima kasih.
(7) Atas
kemudahan yang telah saya terima, saya sampaikan terima kasih.
Pada dasarnya
kedua kalimat di atas itu cukup takzim sehingga kita tidak perlu menggunakan
kata haturkan, misalnya, untuk menggantikan ucapkan dan sampaikan.
Selain ketiga hal
di atas, keadaan kawan bicara juga perlu diperhatikan sehingga pesan yang akan
disampaikan terpahami. Marilah kita perhatikan sebuah contoh pemilihan kata
dalam sebuah sambutan pada suatu peresmian.
(8)
Saudara-saudara, atas nama Pemerintah, saya menyampaikan salut
setinggi-tingginya atas partisipasi aktif yang Anda berikan dengan penuh
dedikasi dan penuh antusias dalam menyelesaikan proyek irigasi ini sebagai
salah satu kegiatan dari pilot proyek modernisasi dalam semua aspek kehidupan
kita, baik mental maupun spiritual."
Sekalipun
pemilihan katanya sudah memenuhi syarat seperti yang diuraikan di atas, jika
khalayak pendengarnya bukan golongan terpelajar dan tidak biasa dengan
kata-kata yang digunakan itu, ada kemungkinan pesan tidak terpahami dengan
baik. Penggunaan kata yang digali dari khazanah bahasa Indonesia lebih
memungkinkan pemahamannya.
Jika hal itu akan
dilakukan, berikut ini padanannya dalam bahasa Indonesia.
salut : hormat,
penghormatan
partisipasi :
peran serta
dedikasi:
pengabdian (pengorbanan tenaga dan waktu untuk keberhasilan suatu usaha atau
tujuan mulia)
antusias : bersemangat
irigasi :
pengairan (cara pengaturan pembagian air untuk sawah)
pilot proyek :
proyek perintis, percontohan.
Pada hakikatnya,
memilih kata secara baik merupakan upaya agar pesan yang hendak disampaikan
dapat diterima secara tepat.
Baca juga:
Melihat, memandang, menatap, mengamati, menonton, menyaksikan, mengawasi, meninjauPemakaian Kata Dadah dan Berdadah Penggunaan Kata Dengan Makna Kata Pekerjaan, Profesi, dan Jabatan Makna Kata Pemandangan Umum dan Pandangan Umum Kata Sekarang dan Kini Pemakaian Kata Sebentar, Sejenak, Sekejap, Sekilas, Sepintas, dan Sejurus Makna Kata Hijrah dan Hijriah Makna Kata Acuh dan Tayang Makna Kata Kilah dan Tukas Kata Ranking dan Langganan