disalin dari Drs. Mustakim, M.Hum. Bentuk dan Pilihan Kata. Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta: 2014
Baca artikel sebelumnya
Pembentukan Kata dengan Awalan
Di antara beberapa awalan yang dapat digunakan sebagai pembentuk kata dalam bahasa Indonesia,
meng- dan
peng- merupakan awalan yang paling banyak menimbulkan masalah. Dikatakan demikian karena awalan itu dapat mengalami perubahan bentuk jika digabungkan dengan kata dasar yang berawal dengan fonem tertentu. Awalan
meng-, misalnya, dapat berubah bentuknya menjadi
me-,
meny-,
men-,
mem-, dan
menge-. Begitu pula halnya dengan awalah
peng-. Seperti awalan
meng-,
awalan
peng- juga dapat berubah menjadi
pe-,
peny-,
pen-,
pem-,
dan
penge-.
Perubahan Awalan Meng- dan Peng-
Secara ringkas, perubahan awalan
meng- dan
peng- tersebut, baik disertai akhiran maupun tidak, dapat dirangkum dalam ketentuan sebagai berikut.
(1) Awalan meng- dan peng- berubah menjadi me- dan pe- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal fonem /r, l, m, n, w, y, ng, ny/.
Misalnya:
meng-/peng- + rawat ==> merawat, perawat
meng-/peng- + lamar ==> melamar, pelamar
meng-/peng- + minum ==> meminum, peminum
meng-…-i + nama ==> menamai
peng-…-an + nama ==> penamaan
meng-…-i + waris ==> mewarisi
peng- + waris ==> pewaris
meng-…-kan + yakin ==> meyakinkan
peng-…-an + yakin ==> peyakinan
meng- + nganga ==> menganga
meng-/peng - + nyanyi ==> menyanyi, penyanyi
(2) Awalan meng- dan peng- berubah menjadi mem- dan pem- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal dengan fonem /p, b, f, v/.
Misalnya:
meng-/peng - + pandu ==> memandu, pemandu
meng-/peng - + bawa ==> membawa, pembawa
meng-/peng - + fitnah ==> memfitnah, pemfitnah
meng-/peng - + vonis ==> memvonis, pemvonis
(3) Awalan meng- dan peng- berubah menjadi men- dan pen- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal dengan fonem /t, d, c, j, z, sy/.
Misalnya:
meng-/peng - + tuduh ==> menuduh, penuduh
meng-/peng - + dakwah ==> mendakwah, pendakwah
meng-/peng - + curi ==> mencuri, pencuri
meN-/peN- + jual ==> menjual, penjual
meng-…-i + ziarah ==> menziarahi
peng- + ziarah ==> penziarah
meng-…-i + syukur ==> mensyukuri
peng-…-an + syukur ==> pensyukuran
(4) Awalan meng- dan peng- tetap menjadi meng- dan peng- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal dengan fonem /k, g, h, kh, dan vokal/.
Misalnya:
meng-/peng- + karang ==> mengarang, pengarang
meng-/peng- + ganggu ==> mengganggu, penggangu
meng-/peng- + hasut ==> menghasut, penghasut
meng-/peng- + khitan ==> mengkhitan, pengkhitan
meng-/peng- + atur ==> mengatur, pengatur
meng-/peng- + ekor ==> mengekor, pengekor
meng-/peng- + inap ==> menginap, penginap
meng-…-i + obat ==> mengobati
peng-…-an + obat ==> pengobatan
meng-/peng - + ukur ==> mengukur, pengukur
(5) Awalan meng- dan peng- berubah menjadi meny- dan peny- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal dengan fonem /s/.
Misalnya:
meng-/peng- + sayang ==> menyayang,penyayang
meng-/peng- + sapa ==> menyapa, penyapa
meng-/peng- + sulap ==> menyulap, penyulap
meng-/peng- + sikat ==> menyikat, penyikat
(6) Awalan meng- dan peng- berubah menjadi menge- dan penge- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang hanya terdiri atas satu suku kata.
Misalnya:
meng-/peng- + cat ==> mengecat, pengecat
meng-/peng- + bom ==> mengebom, pengebom
meng-/peng- + las ==> mengelas, pengelas
meng-/peng- + pel ==> mengepel, pengepel
meng-/peng - + cek ==> mengecek, pengecek
meng-/peng- + tes ==> mengetes, pengetes
(7) Fonem /k, p, t, s/ pada awal kata dasar luluh jika mendapat awalan meng- dan peng-.
Misalnya:
meng-/peng- + kikis ==> mengikis, pengikis
meng-/peng- + pukul ==> memukul, pemukul
meng-/peng- + tukar ==> menukar, penukar
meng-/peng- + suntik ==> menyuntik, penyuntik
Perubahan dan
peluluhan dalam proses pembentukan kata tersebut terjadi karena fonem-fonem yang bersangkutan, baik fonem nasal maupun fonem lain pada awal kata dasar, mengalami
proses nasalisasi, yaitu
proses penyesuaian fonem (bunyi) dengan fonem-fonem yang
homorgan atau
sebunyi. Jadi, proses
nasalisasi dan
asimilasi bunyi itulah yang menyebabkan timbulnya perubahan dan peluluhan.
Meskipun kaidahnya sudah jelas seperti itu, dalam kenyataan berbahasa masih ditemukan kata-kata bentukan yang bentuknya menyimpang dari kaidah. Beberapa kata bentukan dengan awalan
meng- (-
kan) dan
peng- (-
an) yang pembentukannya tidak sesuai dengan kaidah, antara lain, adalah
mengetrapkan,
mentrapkan,
menterapkan,
pengetrapan,
pentrapan,
penglepasan, dan
pengrusakan. Bentukan kata tersebut dikatakan tidak tepat karena proses pembentukannya tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Agar dapat membentuk kata dengan benar dan mampu mengecek kebenaran bentukan kata, selain harus memahami proses pengimbuhan, kita juga dituntut untuk lebih “akrab” dengan kamus. Dengan menggunakan sebuah kamus, kita dapat mengecek kata dasar dari bentukan kata itu yang benar. Jika dilihat di dalam kamus, khususnya kamus bahasa Indonesia, kata dasar
trap dirujuksilangkan (
crossed reference) pada
terap. Hal itu berarti bahwa kata dasar yang baku adalah
terap, bukan
trap. Oleh karena itu, jika ditambah dengan gabungan imbuhan
meng-…-
kan, bentukannya yang
benar menjadi
menerapkan, bukan
mengetrapkan,
mentrapkan, atau
menterapkan karena fonem /
t/ pada awal kata dasar itu luluh jika mendapat imbuhan
meng-, baik diikuti akhiran maupun tidak.
Begitu juga, jika ditambah dengan gabungan imbuhan
peng-…-an, bentukannya yang benar adalah
penerapan, bukan
pengetrapan,
pentrapan, atau
penterapan. Dengan demikian, secara singkat, bentukan kata itu dapat dirangkum sebagai berikut.
Baku | Tidak Baku |
menerapkan | mengetrapkan,
mentrapkan, menterapkan |
penerapan | pengetrapan, pentrapan,
penterapan |
Kata
penglepasan oleh pemakai bahasa sering pula digunakan di samping kata
pelepasan, tetapi keduanya diberi arti yang berbeda. Kata
penglepasan umumnya diberi makna
‘proses, tindakan, atau hal melepaskan’, sedangkan
pelepasan diberi makna ’
anus’.
Kalau ditinjau dari segi kata dasarnya, kedua kata tersebut sebenarnya dibentuk dengan imbuhan dan dasar yang sama, yaitu
peng-..-an + lepas. Sejalan dengan kaidah, imbuhan
peng- berubah menjadi
pe- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal dengan /
l/. Oleh karena itu, bentukannya yang tepat adalah
pelepasan, bukan
penglepasan. Masalah kata itu mempunyai dua makna yang berbeda sebenarnya tidak perlu dipersoalkan karena konteks pemakaiannya akan menentukan makna mana yang dimaksud. Jadi, untuk membedakan makna itu, pemakai bahasa tidak perlu membentuk kata itu dengan menyimpangkannya dari kaidah.
Berbeda dengan hal tersebut, kata
perusakan dan
pengrusakan tidak digunakan untuk menyatakan makna yang berbeda, demikian pula halnya dengan kata
perajin dan
pengrajin. Kata dasar dari kedua pasang kata tersebut, kita tahu, berawal dengan fonem /
r/. Dalam kaitan itu, jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal dengan /
r/, awalan
peng- berubah menjadi menjadi
pe-. Atas dasar itu, bentukan kata-kata tersebut yang tepat adalah
perusakan dan
perajin, bukan
pengrusakan dan
pengrajin. Bandingkan dengan kata-kata lain, seperti
perawat,
perawatan,
perumus, dan
perumusan. Jadi, bentukan kata-kata tersebut, yang baku dan yang tidak baku, dapat dirangkum seperti berikut.
Baku | Tidak Baku |
pelepasan | penglepasan |
perusak | pengrusak |
perusakan | pengrusakan |
perajin | pengrajin |
Masalah berikutnya, kata
menterjemahkan,
mengkaitkan,
menyolok, dan
memroduksi bentukannya juga tidak tepat. Kata
menterjemahkan, termasuk di dalamnya kata
mentaati, dan
mengkaitkan bentuk dasarnya masing-masing adalah
terjemah,
taat, dan
kait. Menurut kaidah, fonem /
t/ dan /
k/, seperti halnya /
p/ dan /
s/, pada awal kata dasar mengalami
peluluhan jika dirangkaikan dengan imbuhan
meng- (dan
peng), baik disertai akhiran maupun tidak. Oleh karena itu, bentukan kata-kata itu yang tepat adalah
menerjemahkan,
menaati, dan
mengaitkan, bukan,
menterjemahkan,
mentaati, dan
mengkaitkan.
Bandingkan dengan contoh lain di bawah ini.
meN- + tatap ==> menatap
meN- + tulis ==> menulis
meng- + kupas ==> mengupas
meng- + potong ==> memotong
meng- + silang ==> menyilang
meng- + suluh ==> menyuluh
Bentukan kata
menyolok, juga
menyontoh, dan
menyubit, dalam hal ini juga tidak tepat karena bentuk dasar kata-kata itu adalah
colok,
contoh, dan
cubit, yang masing-masing berawal dengan fonem /
c/. Dalam bahasa Indonesia, fonem /
c/ pada awal kata dasar
tidak luluh jika dirangkaikan dengan awalan
meng-. Dengan demikian, bentuk kata-kata tersebut yang tepat adalah
mencolok,
mencontoh, dan
mencubit, bukan
menyolok,
menyontoh, dan
menyubit. Beberapa contoh lain dapat diperhatikan di bawah ini.
meng- + cuci ==> mencuci
meng-…-i + campur ==> mencampuri
meng-…-i + cinta ==> mencintai
meng- + cemooh ==> mencemooh
Gugus konsonan /
pr/, /
st/, /
sk/, /
tr/, /
sp/, /
kr/, dan /
kl/pada awal kata dasar juga tidak luluh jika dirangkaikan dengan awalan
meng-. Beberapa contohnya dapat diperhatikan di bawah ini.
meng- + produksi ==> memproduksi
meng- + protes ==> memprotes
meng- + proses ==> memproses
meng-…-kan + stabil ==> menstabilkan
meng-…-kan + skema ==> menskemakan
meng- + tradisi ==> mentradisi
meng-…-i + sponsor ==> mensponsori
meng-... + kritik ==> mengkritik
meng- + klasifikasi ==> mengklasifikasi
Fonem /
k/, /
p/, /
t/, dan /
s/ pada gugus konsonan tersebut
tidak luluh apabila mendapat imbuhan, baik
meng- maupun
peng-,
kecuali fonem awal /
p/ jika mendapat imbuhan
peng-. Dalam hal ini, jika mendapat imbuhan
meng-, fonem /
p/ pada gugus konsonan /
pr/
tidak luluh, tetapi jika mendapat imbuhan
peng- fonem /
p/ itu
luluh.
Misalnya:
meng- + proses ==> memproses
meng- + produksi ==> memproduksi
peng- + proses ==> pemroses
peng- + produksi ==> pemroduksi
Peluluhan fonem /
p/ pada awal kata yang berupa gugus konsonan didasarkan pada pertimbangan kemudahan dalam pelafalan. Dalam hal ini, kata
pemroduksi dan
pemroses, misalnya, dipandang lebih mudah dilafalkan daripada
pemproduksi dan
pemproses. Atas dasar itu,
peluluhan fonem /
p/ pada gugus konsonan /
pr/ yang mendapat imbuhan
peng- menjadi pengecualian dari kaidah.
Baca selanajutnya!